Ibadah Nabi Muhammad sebelum dan sesudah diutus menjadi Rasul

Perdebatan merupakan hal yang lumrah di kalangan ahli ilmu, begitupun di kalangan para Mufassir. Sebagaimana disebutkan dalam Alquran bahwasanya manusia merupakan makhluk yang paling banyak berdebat atau membantah. Pada permasalahan yang di bahas dalam skripsi ini, pemaknaan kata ibadah dan pelaksaan ibadah sebelum Nabi Muhammad Shallahu alahi wassalam diutus menjadi Rasul menjadi perdebatan yang cukup menarik di kalangan para Mufassir Berawal dari ungkapan seorang Muffasir Imam al-Zamakhsyari yang mengatakan sebelum menjadi Rasul atau sebelum diangkat menjadi Rasul, Nabi Muhammad belum beribadah kepada Allah, dari sanalah para Mufassir kemudian membantah pendapat Imam al-Zamahksyari. Bahkan Abu Hayyan dalam tafsirnya mengatakan, itu suatu hal yang sangat tidak beradab terhadap intesitas Nabi. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Yang dimana cara pembuatan metodenya adalah dengan mempelajari dan mengumpulkan, serta membuat analisis kembali tentang kitab-kitab tafsir yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Kitab Tafsir al-Kasyasyaf, Tafsir Ruhul Bayan, Tafsir Ruhul Ma’ani, Tafsir Bahrul Muhith, Tafsir Fathul Qodir dan Tafsir al-Misbah menjadi sumber dari penelitian ini, yang menjadi sumber yang sifatnya primer