Bupati Bandung naik haji: Potret perjalanan haji Wiranatakusumah V dalam perspektif media Partikelir di Bandung tahun 1924

Wiranatakusumah V memiliki nama lengkap Raden Adipati Arya Wiranatakusumah. Nama lainnya adalah Muharam Wiranatakusumah. Ia menjabat Bupati Bandung sebanyak dua periode, 1920-1931 dan 1935-1945. Sebagai seorang bupati yang dekat dengan para petinggi Pemerintah Hindia Belanda, segala gerak-geriknya hampir senantiasa jadi sorotan publik (media massa). Termasuk saat ia berangkat menunaikan ibadah haji di tanah Mekah tahun 1924, berbagai media massa—baik yang berbahasa Belanda maupun berbahasa Melayu dan daerah, baik itu milik pemerintah maupun partikelir—menjadikannya topik pemberitaan. Terlebih perjalanan hajinya tersebut diwarnai beberapa kontroversi. Berdasarkan uraian di atas terdapat beberapa rumusan masalah sebagai berikut: Pertama, bagaimana media-media partikelir di Bandung tahun 1924? Kedua, bagaimana pemberitaan media-media partikelir di Bandung tahun 1924 tentang perjalanan haji Wiranatakusumah V? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan mediamedia partikelir di Bandung tahun 1924 dan mengetahui pemberitaan mediamedia partikelir di Bandung tahun 1924 itu terkait kegiatan perjalanan haji Wiranatakusumah V. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sejarah, yang dalam pelaksanaannya dilakukan melalui tahapan heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan media massa partikelir di Bandung pada tahun 1924 mengalami pertumbuhan dari segi jumlah. Hal itu tidak terlepas dari kebijakan politik etis Pemerintah Hindia Belanda yang menyebabkan peningkatan jumlah bumiputra yang melek huruf dan berorganisasi untuk mewujudkan cita-cita kolektif. Sebagai sarana komunikasi organisasi dan perluasan kesadaran, organisasi-organisasi itu menerbitkan surat kabar atau majalahnya sendiri. Hingga dekade ketiga abad ke-20, terhitung ada tujuh belas surat kabar berbahasa Sunda yang beredar di Bandung dan Keresidenan Priangan. Belum lagi jika ditambah dengan surat kabar berbahasa Melayu. Selain surat kabar umum, mereka adalah surat kabar yang berafiliasi dengan perkumpulan atau organisasi tertentu. Beberapa di antaranya adalah Papaes Nonoman, Pasoendan, Sipatahoenan, Simpaj, Sora Merdika, Soerapati, Titir, Poesaka Soenda, Padjadjaran, Bintang Hindia, Medan Prijaji, Matahari, dan masih banyak lagi. Saat Wiranatakusumah V berangkat haji, ada dua surat kabar partikelir di Bandung yang berafiliasi dengan PKI dan Sarekat Rakyat, yang memuat berita sekaligus tanggapan atas aktivitas haji sang bupati. Mereka adalah Matahari dan Soerapati. Surat kabar Matahari memuat tiga artikel, sedangkan Soerapati menerbitkan empat artikel. Mayoritas dari artikel yang mereka terbitkan mempersoalkan motif politik di balik ibadah haji sang Dalem Bandung. Segala tindak-tanduk dan kejadian di sekitar ibadah haji sang bupati, dipertalikan dengan motif politik tertentu. Yang membedakan di antara keduanya ada pada aspek yang diberitakan dan pendekatan yang mereka pakai untuk memberitakan sang bupati