Tanggapan siswa terhadap pembiasaan dzikir setelah Shalat dan hubungannya dengan sikap spiritual mereka: Penelitian terhadap siswa kelas X Agama MAN Kota Cimahi

Penelitian ini dilatarbelakangi atau studi pendahuluan di lapangan melalui obervasi dan wawancara dengan salah satu guru di MAN Kota Cimahi bahwa tanggapan siswa terhadap pembiasaan dzikir setalah shalat cukup bagus, ditandai dengan para siswa mengikuti kegiatan keagamaan tersebut. Hal ini terlihat bahwa para siswa selalu mengikuti dzikir yang dilakukan setelah selesai shalat dzuhur berjamaah. Sementara disisi lain sikap spiritual mereka masih rendah. Tandanya masih ada siswa yang tidak rapih dalam berpakaian, tidak tertib ketika memakai fasilitas ibadah dan telat ketika akan melaksanakan ibadah shalat. Dengan demikian adanya kesenjangan antara tanggapan siswa terhadap pembiasaan dzikir setelah shalat dengan sikap spiritual mereka di sekolah. Hal ini menarik untuk di teliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) realitas tanggapan siswa terhadap pembiasaan dzikir setelah shalat di MAN Kota Cimahi (2) realitas Sikap Spiritual siswa di MAN Kota Cimahi dan (3) hubungan antara tanggapan siswa terhadap pembiasaan dzikir siswa setelah shalat dengan sikap spiritual mereka di MAN Kota Cimahi. Penelitian ini bertolak dari pemikiran bahwa sikap spiritual mereka di sekolah dipengaruhi oleh pembiasaan dzikir setelah shalat. Hipotesis yang diajukan adalah semakin positif tanggapan siswa terhadap pembiasaan dzikir setelah shalat maka semakin tinggi pula sikap spiritual mereka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui angket, wawancara obervasi dan studi dokumentasi. Kemudian analisis datanya dibagi kedala dua mendekatan, yaitu analisis deskriptif dan analisis korelasi. Dari hasil analisis yang diperoleh, disimpulkan bahwa (1) tanggapan siswa terhadap pembiasaan dzikir setelah shalat berdasarkan skor 4,29 dan nilai tersebut berada pada rentang (3.5 – 4.5) termasuk kualifikasi positif. (2) sikap spiritual siswa di sekolah berdasarkan skor 4,33 dan nilai tersebut berada pada rentang (3.5 – 4.5) dapat dikatakan bahwa sikap spiritual mereka termasuk kualifikasi positif. (3) Hubungan variabel X dengan variabel Y (a) koefisien korelasinya termasuk kategori sedang dengan nilai korelasi 0.5 (b) hipotesisnya diterima artinya, semakin positif tanggapan siswa terhadap pembiasaan dzikir setelah shalat maka semakin tinggi pula sikap spiritual mereka. Hal itu berdasarkan pengujian hipotesis yaitu t hitung lebih besar dari t tabel yaitu (thitung = 3,27 dan ttabel = 0,339) dan (c) memiliki pengaruh sebesar 14%. Hal ini berarti masih terdapat 86% faktor lain yang dapat mempengaruhi sikap spiritual mereka