Manhaj al-Żahabi tentang Jarh Wa Ta’dil dalam kitab Miza>n al-I’tidal

Berbicara mengenai penilaian seorang perawi, tentulah para ulama kritus hadis beragam pendapat. Dimulai dari klasifikasi Jarh} dan Ta’di>l yang berbeda hingga pada Mara>tib (tingkatan). Pada klasifikasi Jarh} dan Ta’di>l para ulama kritikus hadis mengklasifikasikannya menjadi empat bagian bahkan terdapat sampai menjadi enam. Kemudian pada Mara>tib (tingkatan) pertama pun berbeda, terdapat pada Lafaz} (ungkapan) “Ṡiqah” bahkan pada Lafaż “Awṡaq al-Na>s” dan untuk Mara>tib Jarh} peringkat pertama. Lafaz} “Każab” dan “Akżab al-Na>s”. Lantas bagaimana dengan klasifikasi Jarh} dan Ta’di>l serta penilaian para perawi dari salah seorang kritikus hadis yang Mutawasit} (moderasi) seperti al-Żahabi>. Dapat dijumpai dalam salah satu karyanya yang populer setelah kitab Al-Mughni> yakni kitab Miza>n al-I’tida>l fi> Naqd al-Rija>l. Dari latar belakang yang telah disebutkan, maka masalah yang diangkat dalam penilitian ini adalah berapa klasifikasi Jarh} dan Ta’di>l yang dikemukakan oleh al-Żahabi dan bagaimana Manha>j (cara-metode) al-Żahabi> dalam menentukan Jarh} dan Ta’di>l dalam kitab Miza>n al-I’tida>l? kemudian, tujuan penulis dalam meneliti ini adalah untuk memaparkan klasifikasi serta bagaimana cara al-Żahabi> dalam menentukan Jarh} dan Ta’di>l. Berdasarkan rumusan masalah, maka penulis menggunakan metode penelitian ini dengan diskriptif, yang berjenis kualitatif melaui pendekatan Ilmu Jarh} Wa Ta’d>il. Serta sumber data yang digunakan adalah sumber primer yang merujuk kepada kitab Miza>n al-I’tida>l serta sumber skunder yang di amabil dari berbagai kitab, buku, jurnal dan informasi lainnya. Adapun Kerangka pemikiran di dalam penelitian ini yaitu berpijak pada klasifikasi serta ketentuan Jarh} dan Ta’di>l menurut al-Żahabi> yang dapat menjelaskan mengenai klasifikasi dan bagaimana cara al-Żahabi> dalam men-jarh} dan men-ta’di>l seorang rawi sehingga dapat dikatakan sebagai rawi yang S{iqah atau Majru>h}. Penilitian ini menyimpulkan bahwa Manha>j (metode) yang digunakan al-Żahabi> dalam menentukan Jarh} dan Ta’di>l, yakni berdasarkan pada kaidah kaidah Ilmu Jarh} Wa Ta’di>l serta ditinjau pada Mara>tib (tingkatan) nya. Adapun tingkatan Ta’di>l yang tertinggi diposisikan pada Lafaz} Ṡubut al-H{ujjah, Lafaz} Ṡiqah ke dua, Lafaz} S{udu>q ketiga, dan Lafaz} Jayyid al-H{adi>s ditingkatan keempat. Kemudian pada tingkatan Jarh} yang paling rendah ditingkatan Lafaz} Dajjal, kedua Mutahim bi al-Każib, ketiga Matru>k al-H{adi>s, keempat Wa>hin al-H{adi>s} dan kelima Laisa bi qawi>