Gambaran resiliensi pada remaja yang mengalami broken home

Sejak tahun 2010-2017, angka perceraian di Indonesia cenderung mengalami peningkatan, khususnya di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Hal ini mengakibatkan banyaknya remaja yang merasa sedih, marah, kecewa dan terpuruk lantaran perceraian orang tuanya yang mengakibatkan remaja tersebut melabeli dirinya dengan sebutan remaja broken home. Namun, banyak remaja yang mampu bangkit dari kondisi kecewa dan terpuruknya tersebut karena adanya resiliensi dan bantuan dari faktor resiliensi. Tujuan dari penelitian ini untuk memberitahukan gambaran resiliensi remaja yang mengalami broken home. Metode yang digunakan ialah metode kualitatif studi fenomenologis teknik IPA. Responden pada penelitian ini berjumlah 3 orang. Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan observasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa gambaran resiliensi pada remaja yang mengalami broken home ialah regulasi emosi dan reaching out. Faktor resiliensi yang membantu responden untuk mencapai resiliensi ialah adanya dukungan sosial dari lingkungan terdekat responden