Interaksi dakwah kalangan milenial: Studi interaksi simbolik kegiatan pengajian Pemuda Hijrah Shift di Bandung

Milenial pada umumnya adalah mereka mempunyai keakraban dengan teknologi, komunikasi, media massa khususnya media online bahkan media sosial, perilaku Milenial yang akrab dengan komunikasi, teknologi, dan media membentuk polarisasi suatu kebiasaan atau tingkah laku dalam bersosialisasi, berinteraksi dengan lingkungan dimanapun milenial berada. Milenial direpresentasikan oleh kalangan muda, terlebih untuk di Bandung mereka tergambar dalam komunitas-komunitas kepemudaan. Reperesentasi dari kalangan muda di Bandung adalah Pemuda Hijrah atau SHIFT Gerakan Pemuda Hijrah. Interaksi Dakwah Kalangan Milenial dalam Kegiatan Pengajian Shift Gerakan Pemuda Hijrah di Masjid Al-Lathif Bandung akan lebih relevan menggunakan teori Interaksi Simbolik yang disampaikan oleh Herbert Blumer. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan dan lebih mengetahui interaksi dakwah kalangan milenial dalam kegiatan pengajian Shift Gerakan Pemuda Hijrah di Masjid Al-Latif Bandung; mengetahui pemaknaan kalangan milenial terhadap kegiatan pengajian Shift Gerakan Pemuda Hijrah, mengetahui bahasa yang dipergunakan kalangan milenial dalam kegiatan pengajian Shift Gerakan Pemuda Hijrah, mengetahui pemikiran kalangan milenial terhadap agama dalam kegiatan pengajian Shift Gerakan Pemuda Hijrah. Teori yang dipergunakan adalah teori Interaksi Simbolik yang disampaikan oleh Herbert Blumer yang mengutarakan tentang tiga prinsip utama interaksi simbolik, yaitu tentang pemaknaan (meaning), bahasa (language), dan pemikiran (thought). Pendekatan yang dipergunakan yaitu pendekatan interaksi simbolik, penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berlandaskan pada postpositivistik, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Interaksi Dakwah Kalangan Milenial adalah sebuah proses komunikasi secara berkesinambungan, penyampaian pesan dakwah Islam kepada kalangan pemuda yang dalam konteks ini adalah kalangan milenial dengan menumbuhkan dan memelihara keimanan mereka, menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh mereka, serta membangun pemikiran yang positif terhadap Islam