Motivasi mahasiswa tunanetra untuk menyelesaikan studi di perguruan tinggi

Prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh minat dan motivasi belajar yang dimiliki oleh pelajar. Dalam hal ini pelajar disabilitas maupun non-disabitilas. Adanya minat dan motivasi belajar prestasi akan didapatkan lebih mudah karena ada faktor pendukung. Minat dan motivasi merupakan faktor psikologis yang sangat berpengaruh di dalam proses kegiatan belajar. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Untuk mengetahui apa yang sebenarnya motivasi belajar mahasiswa tunanetra dalam menyelesaikan studinya sehingga dapat menyelesaikan perkuliahannya dalam kurun waktu empat tahun (2) Untuk mengetahui faktor penunjang atau faktor pendukung apa saja yang mempengaruhi mahasiswa tunanetra dalam menyelesaikan studinya (3) Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dilalui mahasiswa tunanetra dalam menyelesaikan studinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriftif, yang artinya data yang diperoleh itulah yang akan dilaporkan. Karena dengan metode ini peneliti dapat dengan mudah menggambarkan tentang motivasi mahasiswa tunanetra untuk menyelesaikan studinya. Teori Abraham Maslow tentang teori yang mendasari motivasi merupakan teori yang tepat untuk menganalisa mengenai motivasi mahasiswa tunanetra untuk menyelesaikan studi di perguruan tinggi karena dari teori tersebut dapat diketahui: (1) lima jenjang kebutuhan yang dipenuhi oleh mahasiswa tunanetra yang terdiri dari kebutuhan jasmani, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan memperoleh harga diri dan kebutuhan mewujudkan diri (2) motif berprestasi, serta (3) penguatan (skinner). Sehingga dapat diketahui motivasi serta faktor yang mendukung mahasiswa tunanetra dalam menyelesaikan studi di perguruan tinggi. Hasil dari penelitian : (1) Motivasi belajar mahasiswa tunanetra akan timbul ketika terpenuhinya: jenjang kebutuhan seperti sandang, pangan, papan dan hal-hal yang bersifat moril (2) faktor yang mempengaruhi dan menunjang proses kegiatan belajar mahasiswa tunanetra: faktor internal yaitu diri sendiri; dan faktor eksternal antara lain orang tua/keluarga, teman tunanetra, lingkungan perguruan tinggi/universitas, lingkungan tempat tinggal, lingkungan kerja, dan tekhnologi (3) hambatan yang dialami mahasiswa tunanetra dalam proses pembelajaran berupa sarana-prasarana, mata pelajaran yang membutuhkan indera visual/penglihatan, metode penyampaian materi yang kurang efektif, tugas-tugas yang membutuhkan sumber atau data-data dari buku, jurnal, artikel dan lain sebagainya