Peran KH Idham Chalid dalam Konferensi Islam Asia Afrika di Kota Bandung tahun 1965

Konferensi Islam Asia Afrika dilaksanakan pada 6-14 Maret 1965 di Kota Bandung tepatnya di Gedung Merdeka bertujuan untuk melawanan ¬neo-kolonialisme serta menyatukan solidaritas umat Islam bangsa Asia dan Afrika. Menurut Soekarno tujuan dari Konferensi Islam Asia Afrika adalah setiap negara di Asia dan Afrika bisa bebas dari segala macam bentuk penjajahan dan agar agama Islam dapat tumbuh subur disetiap negara. Oleh karena itu dalam Konferensi Islam ini memusyawarahkan sumbangan yang harus diberikan untuk kebesaran Islam, kemerdekaan secara utuh dan solidaritas yang terorganisir. KH Idham Chalid menjadi sosok sentral dari Konferensi Islam Asia Afrika ini. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu tentang sejarah Konferensi Islam Asia Afrika di Kota Bandung tahun 1965 dan peran KH Idham Chalid dalam Konferensi Islam Asia Afrika di Kota Bandung tahun 1965. Untuk bisa memahami permasalahan dalam penelitian ini penulis menggunakan teori The Great Man yang dikemukakan oleh Thomas Charyle, yakni The History of the word is but the biography of great man. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah, adapun langkah-langkah penelitian tersebut adalah sebagai berikut: Pertama heuristik kedua kritik ketiga interpretasi dan keempat historiografi. Dari hasil penelitian ini peran KH Idham Chalid dalam Konferensi Islam Asia Afrika di Kota Bandung pada tahun 1965 terbagi menjadi tiga peran yaitu pertama sebagai ketua panitia nasional-organizing committee, beliau berperan mulai dari Konferensi Pendahuluan dan memimpin konferensi tersebut untuk mempersiapkan KIAA pada tahun 1965, dan sebagai ketua organizing commiite KH Idham Chalid mempersiapkan segala hal untuk kesuksesan KIAA. Kedua KH Idham Chalid sebagai pimpinan sidang KIAA, Beliau terpilih sebagai ketua sidang KIAA tersebut berlangsung, tugasnya mengatur sidang berjalan dengan lancar, melalui kecakapnnya dalam memimpin ketika terjadi perdebatan pada sidang paripurna kedua yaitu antara delegasi Pakistan dan India mengenai Kashmir, KH Idham Chalid bisa mengendalikan suasana sidang, bisa menghindarkan benturan dari kedua delegasi tersebut dan akhirnya melahirkan suatu keputusan yang memuaskan kedua belah pihak. Pada sidang paripurna ketiga KH Idham Chalid telah menerima dan mengesahkan usul dari semua delegasi mengenai penobatan Presiden Soekarno sebagai Champion of Islam and Freedom. KH Idham Chalid pun tidak memasukan perseteruan Indonesia-Malaysia kedalam agenda sidang KIAA, sehingga KIAA ini benar-benar sikap bersama untuk menghadapi penjajahan dalam segala macam bentuk dan manifestasinya. Ketiga pemikiran KH Idham Chalid dalam KIAA, hal ini tergambar dalam pidatonya saat pembukaan Konferensi Islam Asia Afrika yang memuat bahaya mengenai Neo-kolonialisme dan solusi/ kontribusi umat Islam khususnya umat Islam bangsa Asia dan Afrika