Studi atas penafsiran surat Al-Ikhlās perspektif Imam Al-Qurthubi dalam Tafsir Al-Jāmi’ Li Ahkām Al-Qur’ān

Skripsi ini membahas tentang penafsiran surat al-Ikhlās menurut Imam al-Qurthubi dalam karya tafsirnya al-Jāmi’ Li Ahkām al-Qur’ān. Surat al-Ikhlās memiliki keistimewaan tersendiri. Salah satunya dengan banyaknya hadits yang menyebutkan bahwa surat ini sebanding dengan sepertiga al-Qur’an. Ini membuktikan bahwa terdapat makna yang sangat luas mengapa surat ini memiliki keistimewaan tersebut. Selain itu, walaupun surat al-Ikhlās ini termasuk surat ketauhidan, namun juga terdapat kandungan hukum di dalamnya. Ini adalah salah satu alasan mengapa penulis menjadikan al-Jāmi’ Li Ahkām al-Qur’ān karya al-Qurthubi sebagai objek penelitian yakni karena dapat menjelaskan secara rinci masalah hukum dalam penafsirannya. Oleh sebab itu, pokok permasalahan dari penelitian ini adalah : (1) Bagaimana penafsiran surat al-Ikhlās menurut al-Quthubi? (2) Bagaimana karakteristik penafsiran al-Qurthubi atas surat al-Ikhlās ? Tujuan dalam penelitian ini untuk memaparkan dan menguraikan penafsiran surat al-Ikhlās menurut imam al-Qurthubi dalam tafsir al-Jāmi’ Li Ahkām al-Qur’ān sehingga dapat dipahami dengan jelas karakteristik al-Qurthubi dalam menafsirkan surat al-Ikhlās. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, yang berbentuk library research (penelitian kepustakaan) yang merujuk pada dua sumber, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Adapun sumber primernya berupa kitab tafsir al-Jāmi’ Li Ahkām al-Qur’ān dan sumber sekunder didapat dari data-data atau referensi yang berhubungan dengan penelitian ini. Hasil penelitian yang diperoleh dari penafsiran al-Qurthubi terhadap surat al-Ikhlās adalah : (1) Menurut penafsiran al-Qurthubi, terdapat dua kandungan di dalam surat al-Ikhlas ini diantaranya : pertama, kandungan tauhid diantaranya keesaan Allah Swt. pada dzat-Nya (tauhid dzati), keesaan Allah Swt. pada sifat-Nya (tauhid sifat), keesaan Allah Swt. (tauhid af’ali) dan yang kedua, kandungan hukum diantaranya : kewajiban umat Islam untuk menjauhi perbuatan syirik. Hal ini merupakan implementasi dari kalimat “Allāhu Aḥad”. Kemudian dipertegas dengan kalimat al-Ṣomad yang menjelaskan bahwa Allah tiada bandingannya, sehingga apabila meminta atau memohon melalui perantara lain, hal tersebut termasuk perbuatan syirik. kedua, dilarangnya seorang anak menjadikan orang tua nya sebagai babu/pembantu begitupun sebaliknya dalam kata lain, orang tua harus menyayangi anaknya dan anaknya pun harus berbakti kepada kedua orang tuanya. Hal ini merupakan implementasi dari kalimat لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَد. (2) Karakteristik penafsiran al-Quthubi dalam penafsiran surat al-Ikhlās terlihat menggunakan metode tahlili dengan susunan pembahasan : analisa problematis (al-mas’alah) dan sumber penafsiran berupa al-Qur’an (aspek munasabah), hadis, qaul sahabat. Begitu pula aspek bahan analitis penafsiran yang digunakan al-Qurthubi diantaranya : analisa bahasa dan analisa kalam (jadali)