Konstruksi berita teror jakarta: Analisis framing model Robert N. Entman pada pemberitaan teror JL. MH Thamrin Jakarta Pusat di Harian Kompas dan Harian Republika Edisi 15-31 Januari 2016

Media di Indonesia kembali mendapat tugas berat. Fungsi media sebagai lembaga dengan sederet tugas mulia dipertaruhkan. Media—yang semestinya memiliki kontrol sosial sangat besar pada khalayak—dihadapkan pada satu peristiwa yang mengagetkan: teror di JL. MH Thamrin Jakarta Pusat, 14 Januari 2016. Kerusakan infrastruktur tak terhindarkan, korban jiwa dan luka-luka berjatuhan. Saat itu, media dituntut memberikan informasi dan rekomendasi sebaik mungkin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, bagaimana media nasional, dalam hal ini Harian Kompas dan Harian Republika, membingkai peristiwa teror Jakarta. Penelitian ini berusaha mengurai bagaimana kedua media tersebut memandang sebuah realita, yang kemudian mengarahkan pada pembentukan opini khalayak. Rincinya, peneltian ini mengupas pendefinisian masalah, pendugaan penyebab, penilaian moral dan pengusulan rekomendasi dari media, melalui pemberitaan, terhadap peristiwa teror Jakarta. Penelitian ini berpijak pada teori konstruksi sosial yang dikemukakan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman, bahwa terdapat makna dan tujuan tertentu di balik berita yang dipublikasikan, yang didalamnya memiliki berbagai pertimbangan untuk merekonstruksi realita. Pada peristiwa teror ini, Harian Kompas dan Harian Republika memberikan prosi lebih dalam pemberitaan, ketimbang isu penting lainnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis framing Robert N. Entman, yaitu sebuah analisis bagaimana suatu berita dibingkai berdasarkan seleksi isu dan penonjolan aspek tertentu oleh media bersangkutan. Analisis ini diidentifikasi dengan empat pendekatan, yaitu define problem (pendefinisian masalah), diagnose causes (memperkirakan masalah), make moral judgement (membuat keputusan moral), dan treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Berdasarkan penelitian selama edisi 15 Januari-31 Januari 2016, terdapat 45 berita dari Harian Kompas dan 44 berita dari Harian Republika mengenai teror Jakarta. Narasumber dominan yang dicari kedua media tersebut adalah pihak kepolisian dan pemerintah. Harian Kompas memandang peristiwa teror ini disebabkan oleh paham radikalisme, dan harus diselesiakan dari berbagai sistem. Sementara Harian Republika menilai, peristiwa teror ini merupakan dampak dari pemerintah yang tidak siap dalam menanggulangi teror, dan merekomendasikan revisi Undang-Undang No. 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan Terorisme. Namun, kedua media tersebut sepakat menilai bahwa Islamic State Iraq and Syria (ISIS) adalah biang keladi dari peristiwa teror Jakarta, dan harus segera dicari penanganannya secara cepat, komprehensif dan bersama-sama