Zuhud menurut Sayyid Qutb dalam tafsir Fii Zhilalil Qur'an

Zuhud diangkat menjadi tema penelitian ini karena jiwa pergerakan Sayyid Qutb berawal pada titik balik beliau yang bermula dari pemikiran sekuler menuju pergerakan Islam. Yang mana, perpindahan kiblat pemikiran beliau disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat mengubah cara pandang beliau akan dunia yang fana ini, dan kemudian membuat beliau berfokus pada dunia keislaman, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT serta menjalankan pergerakannya demi menegakkan keadilan bagi ummat yang berasaskan keislaman dan cara pandang bahwa dunia hanyalah sementara kemudian akan dilanjutkan kepada kehidupan yang abadi yaitu kampung akhirat, Sehingga membuat beliau mengabdikan sisa masa hidupnya pada tugas ini. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menjelaskan biografi penulis dari objek penelitian yaitu Sayyid Qutb serta pandangan beliau atau tafsir beliau mengenai ayat-ayat yang menjelaskan tentang makna zuhud dalam tafsir Fi Zhilalil Quran. 2) Menjelaskan tentang nilai-nilai zuhud yang terdapat dalam tafsir Fii Zhilalil Qur’an. Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan penilitian kualitatif, atau penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu metode yang pengumpulan datanya berdasarkan pengumpulan literatur karya-karya ilmiah yang perkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Penulis memilih metode ini karena penulis hanya berfokus pada penafsiran Sayyid Qutb tentang ayat-ayat yang berkaitan dan memiliki makna zuhud, guna melakukan analisis tentang penafsiran beliau secara mendalam tanpa keluar dari jalur fokus penelitian. Fii Zhilalil Quran adalah tafsir yang ditulis dengan metode tahlili, yaitu yang menafsirkan seluruh ayat Alquran dari Surah Al-Fatihah hingga Surah An-Nas. Dengan demikian, sudah barang tentu Sayyid Qutb menafsirkan ayat-ayat zuhud. Di antaranya adalah ketika Sayyid Qutb menafsirkan QS. Al-A’la [87]: 16-17 ia menyatakan bahwa bahwa memilih kehidupan dunia daripada akhirat itu adalah tindakan bodoh dan perhitungan yang jelek. Pilihan yang tidak akan dilakukan oleh orang yang berakal sehat dan berpandangan jernih. Sehingga jelas bahwa sikap zuhud diutamakan dalam mengarungi kehidupan di dunia yang sementara, dan hendaknya menjadikan dunia sebagai sarana untuk meraih kebahagianan di akhirat. Adapun nilai-nilai zuhud yang terkandung dalam tafsir Fii Zhilalil Quran adalah sebagai berikut: 1) Hendaknya seseorang lebih mengtamakan kehidupan akhirat dibanding kehidupan duniawi, karena kehidupan duniawi adalah pangkal segala bencana. 2) Rela memberikan apa yang dibutuhkan orang lain, sekalipun ia membutuhkannya. 3) Tiada adanya rasa takut seperti terhadap kematian atau kemiskinan, yang paling ditakuti adalah tidak mendapat ridha Allah. 4) Tiada tempat bergantung selain Allah. 5) Tidak menyia-nyiakan kehidupan duniawi untuk bersenang-senang, namun menjadikannya sebagai ladang subur untuk meraih kebahagiaan kehidupan ahirat