Konflik antar etnis di Rengasdengklok : studi terhadap pemberitaan media atas kerusuhan anti cina di Rengasdengklok Tahun 1997

Kerusuhan yang terjadi di banyak kota di Indonesia pada masa akhir Orde Baru menjadi perhatian yang sangat penting. Kerusuhan di Purwakarta, Tasikmalaya, Situbondo,Rengasdengklok dan kota lainnya menjadi berita hangat di akhir masa pemerintahan Orde Baru. Semua kerusuhan yang terjadi disebabkan oleh hal sepele dan kemudian menjadi kerusuhan besar yang banyak menimbulkan kerugian materil yang tidak sedikit. Kerusuhan Rengasdengklok menjadi salah satu deretan dari kerusuhan yang ada yang terjadi Kamis,30 Januari 1997. Media yang memberitakan kerusuhan tersebut tentunya berbeda dalam memberitakan karena terkait dengan latar belakang media tersebut. Pemberitaan setiap media baik lokal maupun nasional akan berbeda dari sudut pandang, isi berita, dan pesan yang disampaikan. Terdapat tiga rumusan masalah pada penelitian ini yaitu sebagai berikut: pertama, Bagaimana peristiwa kerusuhan anti Cina di Rengasdengklok Karawang tahun 1997 ? kedua, Bagaimana pemberitaan koran Pikiran Rakyat, Kompas dan Suara Karya, Republika dalam kerusuhan anti Cina di Rengasdengklok Karawang tahun 1997 ? ketiga, Bagaimana perbedaan dan perbandingan berita – berita tersebut? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kronologis peristiwa kerusuhan yang terjadi di Rengasdengklok 30 Januari 1997. Serta untuk mengetahui bagaimana pemberitaan media baik lokal maupun nasional memberitakan kerusuhan tersebut. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penulisan sejarah yang meliputi heuristik, kritik,interpretasi, dan historiografi. Melalui pendekatan ilmu bantu sosiologi dan jurnalistik sebagai pisau analisis untuk membantu dalam memahami obyek penelitian sejarah. Dari penelitian ini dapat di uraikan bahwa kerusuhan yang terjadi di Rengasdengklok disebabkan oleh hal sepele yaitu pertikaian seorang pemuda dengan warga keturunan Cina. Kemudian pemberitaan diantara media Pikiran Rakyat, Kompas, Suara Karya dan Republika jelas nampak berbeda dari isi berita juga pesan yang disampaikan. Pikiran Rakyat menekankan pemberitaan pada kronologis kejadian, Kompas memberitakan kerusuhan Rengasdengklok ada yang mengipasi dan pihak ketiga. Sementara Suara Karya yang lebih berafiliasi pada politik menyebutkan adanya keterkaitan dengan pemilu 1997. Sedangkan Republika menekankan pada kritikan aparat terkait dan pemerintahan agar segera mengambil ketegasan, karena dampak kerusuhan merusak citra Islam