Bimbingan keagamaan terhadap anak autis : Studi deskriptif di SLBN Cileunyi Kabupaten Bandung

Autisme adalah merupakan gangguan yang mulai terjadi pada kanak-anak. Perkembangan mereka tergangu terutama dalam komunikasi interaksi, sosial, emosi, perilaku dan bimbingan spiritual. autisme yang ada di tanah air ini adalah suatu fenomena hal yang harus menjadi tanggungjawab kita bersama sebagai manusia sosial , tidak hanya pada bagian medis atau sisi psikisnya saja akantetapi secara spiritualnya juga harus terpenuhi. Oleh karena itu di SLBN Cileunyi anak-anak autis dan disibilitas lainnya diberikan materi keagamaan untuk memenuhi kebutuhan spritualitas. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui kondisi atau kareakteristik anak-anak autis di SLBN Cileunyi. (2) untuk mengetahui proses bimbingan keagamaan terhadap anak autis di SLBN Cileunyi. (3) untuk mengetahui hasil dari bimbingan keagamaan terhadap anak autis di SLBN Cileunyi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam rangka mengetahui dan memahami penilitan yang dikaji dan tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Data yang dihasilkan dari pengumpulan primer dengan cara observasi, dokumentasi, serta wawancara kepada guru keagamaan, pengasuh pondok pesantren salafiyah Al-muáwanah, dan kepada 3 orang tua murid. Selain itu, dilengkapi data skunder berupa referensi dalam bentuk buku-buku yang relevan dengan tema penelitian untuk mendukung data-data lapangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi semula dimana anak-anak autis itu memiliki gangguan diantara nya gangguan emosi, gangguan perilaku, gangguan interaksi, dan gangguan sosial, kemudian dengan adanya pelaksanaan proses bimbingan keagamaan yang di bombing oleh guru kegamaan dan guru-guru lainnya secara terus-menerus menggunakan metode ceramah, dan prektek dengan materi akidah, akhlak, dan fikih. Hasil secara kualitas dari bimbimngan keagamaan ini di tandai dengan emosi yang lebih stabil dari anak autis pada umumnya, dan bisa menirukan gerakan ibadah seperti wudhu, shalat, dan bahkan ikut menahan makan dan minum ketika orang disekitarnya berpuasa