Perjuangan jalur Diplomasi: Sejarah perundingan Linggarjati (1946-1949)

Peristiwa Perundingan Linggarjati adalah sebuah peristiwa yang menjadi awal dimulainya dekolonisasi Belanda. Karena seperti diketahui, setelah diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Belanda belum mau mengakui kemerdekaan Indonesia dan bersikukuh ingin memulai kembali politik kolonialnya. Hasil dari Perundingan Linggarjati memulai diawalinya pengakuan kemerdekaan, walau baru sebatas Sumatera, Jawa dan Madura. Pada rentang waktu 1946-1949 atau sering disebut dengan masa revolusi kemerdekaan terjadi beberapa peristiwa yang dialami oleh bangsa Indoneisa dalam mempertahankan kemerdekaannya. Banyak orang yang gugur dalam pertempuran melawan Belanda. Terjadi beberapa pertempuran besar seperti Agresi Militer Satu dan Agresi Militer II. Selain perjuangan melalui kontak senjata, dilakukan pula perjuangan melalui jalur meja-meja perundingan. Perundingan-perundingan tersebut secara berurutan yaitu Perundingan Linggarjati yang dilaksanakan pada Oktober 1946-Juli 1947, Perundingan Renville Desember 1947-Januari 1948 dan terakhir Konferensi Meja Bundar yang diselenggarakan di Den Haag, Belanda Agustus – November 1949. Yang pada akhirnya diperoleh hasil penyerahan dan pengakuan kedaulatan republik Indonesia oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949. Untuk mengetahui permasalahan dalam penelitian ini, ada beberapa poin yang akan di jelaskan, yaitu tentang situasi politik Indonesia menjelang perundingan Linggarjati, jalannya perundingan tersebut serta gejolak politik dan perundingan-perundingan selanjutnya yang dilakukan dan terjadi setelah Perundingan Linggarjati yang terjadi dalam kurun waktu 1946-1949. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah, adapun langkah-langkah penelitian tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, Heuristik (pencarian dan pengumpulan sumber). Kedua, Kritik (eksternal dan internal). Ketiga, Interpretasi (penafsiran). Dan yang terakhir adalah Historiografi (penulisan sejarah). Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa peristiwa Perundingan Linggarjati sangat memiliki pengaruh yang berarti dalam sejarah kenegaraan Indonesia, peristiwa tersebut dilalui oleh para delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Soetan Sjahrir dan koleganya untuk menentukan nasib bangsa Indonesia. Hasil yang bisa disepakati yaitu Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatera, Jawa dan Madur, Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negeri Indonesia Serikat yang salah satu negara bagiannya adalah Republi Indonesia dan akan membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda selaku ketuanya. Naskah persetujuan tersebut diparaf di rumah Soetan Sjahrir di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta pada tanggal 15 November 1946 dan ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947 di Istana Rijswijk (sekarang Istana Merdeka), Jakarta