Komunikasi Terapeutik melalui Trauma Healing untuk korban terdampak tsunami selat Sunda-Banten

Bencana alam seperti tsunami dan gempa merupakan fenomena alam yang rentan terjadi di Indonesia dengan siklus berulang. Bencana tsunami ini mengakibatkan kerugian fisik maupun mental bahkan tak jarang pula korban terdampak mengalami trauma berat seperti gangguan stres pasca (trauma). Dalam situasi yang demikian maka yang menarik untuk dikaji ialah tentang hubungan saling menolong (helping relationship) dengan sentuhan trauma healing pasca bencana DT Peduli untuk penyintas tsunami Selat Sunda-Banten. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui proses berlangsungnya tahapan komunikasi terapeutik melalui fase pra-interaksi dan orientasi, fase kerja, sampai pada fase terminasi dengan menggunakan teori komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh DT Peduli melalui berbagai bantuan kemanusiaan sebagai bentuk trauma healing untuk penyintas tsunami. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studikasus dengan paradigma fenomenologi. Subjek penelitian informan kunci (jajaran pengurus DT Peduli Pusat dan Cabang Banten) dan penyintas tsunami dengan trauma seperti hopeless, panic attack, cemas dan sedih dengan menggunakan teknik purposive random sampling. Adapun teknik pengambilan data dengan deep interview, observasi partisipatif dan studi dokumentasi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kegiatan komunikasi terapeutik (helping relationship) melalui trauma healing yang dilakukan oleh DT Peduli dirasakan baik pengaruhnya untuk semua pihak. Dengan prinsip yang menumbuhkan kebermanfaatan berkelanjutan dan berkesinambungan untuk penyintas tsunami, kehadiran DT Peduli berpengaruh cukup besar dalam pemulihan trauma penyintas tsunami, sehingga mereka tidak merasa cemas berlebihan dalam menjalani kehidupan dengan hadirnya bantuan DT Peduli. Signifikansi dari penelitian ini adalah menggambarkan bahwa kunci dari trauma healing adalah komunikasi terpeutik yang diikuti dengan solusi nyata dari aspek-aspek yang dibutuhkan meliputi; (1) penghilangan trauma (2) penjaminan kelangsungan hidup dan (3) pembinaan berkelanjutan. Rekomendasinya harus diteliti lebih jauh tentang efektivitas komunikasi terapeutik dalam menangani trauma healing