Tradisi berhias bagi wanita pada perspektif al-Qur'an: Studi komparatif tafsir fi zhilal al-qur'an dengan tafsir ibnu katsir pada surat al-ahzab ayat 33

Allah telah menurunkan al-Qur’an untuk umat muslim sebagai pedoman hidup bagi mereka, agar umat Islam tidak terjerumus kepada lubang dosa besar yang akan menjadikan mereka sengsara pada akhirnya. Seperti halnya, banyak sekali fenomena-fenomena yang muncul di zaman serba modern, sehingga menjadikan umat muslim sangat sulit untuk mempertahankan keimananya kepada Allah, misalnya pada adab berhias yang meliputi tata cara berpakaian, berjalan, gaya berbicara serta penggunaan perhiasan secara berlebihan yang sering disebut dengan tabarruj yang mengandung definisi, perilaku seseorang yang selalu menampakkan sesuatu yang berlebihan dan kecantikannya yang seharusnya mereka lindungi atau tutupi. Tentunya, mencerminkan umat Jahiliyah. Perilaku seperti ini, tentunya dianggap telah keluar dari perintah Allah tentang adab berhias yang harusnya mereka tidak tampakkan dan seharusnya di tutupi, serta mereka jaga, bukan mereka perlihatkan bagian – bagian tertentu yang akan mendapat kerugian juga bagi orang yang berprilaku seperti itu. Rumusan masalah pada skripsi ini adalah yang pertama apa makna dari berhias, yang kedua bagaimana tata cara berhias yang benar menururt al-Qur’an dan yang ketiga bagaimana penafsiran ayat – ayat tentang berhias menurut Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Fi Zhilal al-Qur’an. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna berhias, mengetahui serta mengingatkan kepada para wanita untuk berhias sesuai dengan ajaran agama Islam atau yang tercantum didalam al-Qur’an, kemudian untuk mengetahui perbandingan penafsiran tentang tabarruj atau berhias secara berlebihan menururt Sayyid Quthb dan Ibnu Katsir yang bertumpu pada Q.s. Al-Ahzab ayat 33. Skripsi ini, meliputi bahasan perilaku berhias yang benar bagi wanita menurut Islam, serta dampak yang ditimbulkan oleh tabarruj pada Q.s. Al-Ahzab ayat 33 menurut tafsir Fi Zhilal al-Qur’an dan tafsir Ibnu katsir. Dan pada pemaparan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif komparatif untuk menemukan titik tumpu perbedaan pemikiran antara kedua tafsir tersebut, yang kemudian penulis akan menemukan perbedaan tersebut. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa penafsiran tentang tabarruj adalah sebuah perintah agar umat muslim selalu tetap di rumah mereka, jika tidak ada keperluan yang sangat penting untuk berkegiatan di luar rumah, tetapi pada tafsir Ibnu Katsir, melainkan sebuah larangan agar umat muslim untuk tidak keluar rumah guna untuk menjadikan mereka agar tetap selalu suci, karena ditakutkan akan berprilaku seperti jahiliyah dengan bertabarruj, yang pada akhirnya akan merugikan mereka semua. Umat muslim harus sadar akan pentingnya menjaga diri dari bisikan-bisikan setan yang selalu ingin membuat mereka terjerumus kepada lubang dosa yang sangat besar