Peran motivasi menghafal Al-Qur'an terhadap kebahagiaan mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati Bandung: Studi deskriptif kualitatif di Rumah Qur'an UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Motivasi adalah kekuatan dalam diri individu sehingga menyebabkan adanya suatu perbuatan atau tindakan. Dengan motivasi, manusia dapat mencapai tujuan yang harapkan dan ia cita-citakan. Bentuk motivasi memang berbeda untuk setiap individu, namun secara umum motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrisik. Motivasi intrinsik akan merupakan dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang tersebut, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang berasal dari luar seperti orang tua, guru, teman dan lingkungan. Dari kedua jenis motivasi ini, nantinya akan memberikan peran terhadap kebahagiaan Mahasiswi Rumah Qur’an. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskripstif. Data dikumpulkan dengan observasi langsung ke lapangan yakni Rumah Qur’an Mahasisiwi yang berada di Ma’had Al-Jami’ah gedung Khodijah. Selain itu, data juga dikumpulkan dengan teknik wawancara yang dalam hal ini adalah dua musyrifah Rumah Qur’an dan empat santriwati. Untuk membuktikan pelaksanaan penelitian, juga digunakan teknik dokumentasi baik dalam bentuk gambar maupun teks yang bersangkutan. Menurut Haidar Bagir, terdapat tiga unsur kebahagian dalam diri seseorang yakni: Kesucian fitrah, berakhlak dengan akhlak Allah dan hidup berorientasi sedekah. Adapaun hasil yang didapat setelah penelitian dapat disimpulkan bahwa mahasiswi yang menghafal Al-Qur’an karena dorongan dari dalam dirinya sendiri (intrinsik), jauh lebih mampu merasakan kebahagiaan dalam hidupnya meskipun itu hal yang sederhana. Contoh dari kebahagiaan tersebut antara lain saat mereka mampu mendawamkan muroja’ah di setiap harinya, mampu berbagi kepada sesama meskipun bukan dengan harta, melainkan dengan ilmu. Sedangkan mereka yang menghafal Al-Qur’an karena dorongan dari luar (ekstrinsik) seperti dorongan dari orang tuanya, sulit untuk memaknai setiap peristiwa yang terjadi dalam hidupnya, yang seharusnya hal tersebut menjadi kebahagiaan bagi dirinya. Namun, penghafal Al-Qur’an yang mampu merubah motivasi ekstrinsik menjadi niat yang tulus dan ikhlas, maka ia juga mampu merasakan kebahagiaan seperti mereka yang mempunyai motivasi intrinsik