Penyelesaian homoseksual dalam Alquran: Studi komparatif Tafsir Alquran Karim Mahmud Yunus dan Tafsir Al-Azhar Buya Hamka

Skripsi ini mengkaji penafsiran ayat-ayat Alquran tentang homoseksual dalam perbandingan penafsiran antara Mahmud Yunus dan Buya Hamka. Karena akhir-akhir ini homoseksual sedang ramai dibicarakan dan sudah menyebar ke mana-mana yang telah menghiasi semua media di Indonesia. Bahkan perilaku mereka sudah menjadi trend dan mereka tidak merasa malu lagi serta meminta pemerintah agar melegalkannya. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui serta memahami pandangan Mahmud Yunus yang merupakan salah satu Mufassir tertua dan generasi kedua di Indonesia. Sedangkan, Buya Hamka merupakan Mufassir generasi ketiga yang diidentifikasikan sebagai “kaum modernis” atau “kaum pembaharu”. tentang penafsiran ayat-ayat homoseksual serta penyelesaian homoseksual dalam Alquran. Homoseksual adalah kelainan terhadap orientasi seksual yang ditandai dengan timbulnya rasa saling menyukai terhadap sesama jenis atau identitas gender yang sama. Yang mana sering mengartikan bahwa perilaku homoseksual ialah sodomi, di mana dalam istilah kedokteran homoseksual berarti hubungan seks dilakukan melalui anus yaitu hubungan seks yang sering dihubungkan dengan orang-orang yang homoseks (gay dan lesbi). Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini bersifat kepustakaan (Library Research), dan menggunakan Metode Komparatif (perbandingan) yaitu membandingkan antara penafsiran Mahmud Yunus dengan penafsiran Buya Hamka tentang ayat-ayat Alquran yang sesuai dengan judul atau tema yang telah ditetapkan (ayat-ayat homoseksual) dalam Alquran. Fokus kajian dalam penelitian ini untuk mengetahui dan memahami bagaiamana cara penyelesaian homoseksual dalam Alquran menurut kedua mufassir tersebut. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pertama, sumber dan metode penafsiran Mahmud Yunus dalam menafsirkan Alquran adalah bil Matsur dan Ijmali. Sedangkan, sumber dan metode penafsiran yang digunakan Buya Hamka dalam menafsirkan Alquran adalah bil Ra’yu, bil Matsur dan Tahlili. Adapun corak yang digunakan Mahmud Yunus dan Buya Hamka dalam penafsirannya adalah adabi Ijtima’i. Kedua, Menurut Mahmud Yunus dan Buya Hamka homoseksual tersebut merupakan perilaku keji dan melampaui batas kemanusiaan, sebagaimana yang terjadi pada kaum nabi Luth yang mendapatkan azab dari Allah yang berupa hujan batu berapi, hujan batu kerikil yang bercampur belerang panas, terjadinya gempa yang amat sangat hebat, serta Allah membolak-balikkan negeri mereka hingga mereka musnah. Ketiga, Adapun cara mengatasi perilaku homoseksual ini adalah kembali dan berdo’alah kepada Allah Swt senantiasa berada di jalan kebenaran, menyadari bahwa perilaku homoseksual adalah salah satu perilaku yang berdosa besar, serta segera bertaubat kepada Allah dan jangan mengulanginya lagi