Pengaruh tingkat pembiayaan bermasalah terhadap likuiditas perusahaan: Studi kasus pada PT. BPR Syariah PNM Al-Ma’soem Kabupaten Bandung

Penyaluran pembiayaan suatu bank dipengaruhi oleh besarnya likuiditas yang dimiliki oleh bank itu sendiri. Setiap Pembiayaan yang disalurkan memiliki resiko Pembiayaan Bermasalah. Besarnya Pembiayaan Bermasalah juga berpengaruh terhadap likuiditas. Pada BPR Syariah PNM Al-Ma’soem besarnya Pembiayaan Bermasalah melebihi standar maksmial yang telah ditentukan oleh BI yaitu sebesar 5%. Hal ini akan mempengaruhi tingkat likuiditas BPR Syariah PNM Al-Ma’soem. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat pembiayaan bermasalah, tingkat likuiditas dan besarnya pengaruh tingkat prmbiayaan bermasalah terhadap likuiditas di PT. BPR Syariah PNM Al-Ma’soem. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptip yaitu suatu penelitian menguraikan data yang diperoleh dari lembaga keuangan (bank syariah) itu sendiri, seperti melakukan observasi, dan penelitian lainnya, maupun melalui studi kepustakaan dengan mengumpulkan data-data dari literatur yang berkaitan dengan objek penelitian. Sedangkan untuk pengolahan datanya penulis penggunakan 4 teknik analisis, yang pertama adalah Analisis Regresi Linier Sederhana untuk mencari pengaruh antara variabel (X) terhadap variabel (Y). Kedua, Analisis Korelasi untuk mencari tingkat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Ketiga, Koefisien Determinasi untuk mencari kontribusi yang diberikan variabel (X) terhadap varibel (Y). Keempat, Uji Statistik t untuk untuk menguji signifikansi koefisiensi regresi. Hasil dari penelitian ini terdapat tiga kesimpulan, yang pertama adalah Secara rata-rata tingkat pembiayaan brmasalah di PT. BPR Syariah PNM Al-Ma’soem dari tahun 2010 – 2013 adalah 9,5%, yang menunjukkan kurang baik (BPRS dapat dinyatakan kurang sehat). Yang kedua adalah Tingkat likuiditas di PT. BPR Syari’ah PNM Al-Ma’soem Bandung sebesar 120,44%. Apabila perusahaan menetapkan current rasio kurang dari 2:1 atau 200% dianggap kurang baik karena jika aktiva lancar turun di misalkan sampai lebih 50%, maka jumlah aktiva lancar tidak akan mencukupi untuk menutupi hutang lancar. Yang ketiga adalah berdasarkan analisis korelasi variabel X (Pembiayaan Bermasalah) terhadap variabel Y (Likuiditas) yaitu sebesar - 0,112, berarti tingkat keeratannya hubungan sangat rendah. Nilai ttabel ≤ ttabel ≤ thitung, (-4,303 ≤ -0,159 ≤ 4,303) maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa pada tingkat keyakinan 95%, Pembiayaan Bermasalah berpengaruh tidak signifikan terhadap Likuiditas