Analisa terhadap bentuk-bentuk munasabah dalam kitab Al-Asas Fi Al-Tafsir Karya Sa'id Hawwa

Muna>sabah merupakan ilmu yang membahas tentang keterkaitan antar ayat dan surah dalam Alquran. Muna>sabah dapat mempermudah dalam memahami makna-makna Alquran. Namun, Pada realitanya ada ulama yang menolak dan mendukung keberadaan muna>sabah sebagai alat bantu dalam menafsirkan Alquran. Ialah Sa’id Hawwa salah satu ulama abad modern yang mendukung keberadaan muna>sabah dan menggunakan muna>sabah dalam menafsirkan Alquran. Sebagaimana dalam tafsirnya Al-Asas Fi al-Tafsi>r yang menampilkan muna>sabah dengan pola khusus. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk-bentuk muna>sabah dalam tafsir Sa’id Hawwa, baik mengenai bentuk muna>sabah antar ayat ataupun muna>sabah antar surah.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bentuk-bentuk muna>sabah yang digunakan oleh Sa’id Hawwa dalam menafsirkan Alquran. Penelitian ini, menggunakan metode analisis isi dengan teknik pencarian data kepustakaan (library research) dan jenis data yang digunakan yaitu kualitatif. sumber primer penelitian ini kitab al-Asas Fi al-Tafsir dan sumber sekunder penelitian ini buku-buku, jurnal, skripsi, tesis, dan disertasi yang terkait dengan penelitian ini. Hasil penelitian ini, bahwa Sa’id Hawwa telah menafsirkan Alquran dengan berlandaskan pada analisis bentuk muna>sabah yang khas, yakni pada bentuk muna>sabah antar surah dengan konsep kesatuan Alquran (al-Wahdah al-Qur’aniyyah) yang menjadikan al-Baqarah sebagai tema sentral surah-surah lainnya. Bentuk ini diuraikan secara detail dalam pola muna>sabah antar surah yaitu, muna>sabah awal dan akhir surah, muna>sabah satu surah dengan surah sebelumnya serta muna>sabah akhir surah dengan awal surah berikutnya. Selain itu, Sa’id Hawwa juga menggunakan bentuk muna>sabah antar ayat dalam tafsirnya. Dalam hal ini, muna>sabah antar ayat terbagi menjadi dua yaitu dzahirul irtibath (hubungan yang jelas) dan khafiy al-Irtibath (hubungan yang samar). Pada bentuk dzahirul Irtibath (hubungan yang jelas), penulis menemukan 17 pola tafsir (penjelasan antar ayat yang berdampingan), 8 pola tashdid (menegaskan makna ayat yang berdampingan), 3 pola ta’kid (penguatan maksud ayat yang berdampingan) dan 1 pola i’tirad (bantahan sebagian ayat terhadap bagian lain yang terletak sebelumnya), sedangkan dalam bentuk khafiy al-Irtibath (hubungan yang samar) penulis menemukan 4 pola ma’tufah (hurup athaf menunjukkan hubungan pembicaraan), 4 pola tashdir (kalimat yang menjadi penutup ayat sudah dimuat diawal, tengah dan akhir), 2 pola tausikh (kandungan penutup ayat sudah tersirat dalam rangkaian kalimat sebelumnya), 2 pola tandhir (mempersamkan dua hal yang terlihat dari makna kalimat), 1 pola ighal (memperdalam makna ayat), 8 pola mudhaddah (dua ayat yang berlawanan atau dua kata yang saling berlawanan dalam satu ayat), 2 pola takhallus (melepaskan satu kata pada kata yang lain, tapi masih berkaitan) dan 1 pola tamkin (penutup ayat mempertegas pertanyaan pada makna ayat)