Strategi pendidikan akhlak berbasis manajemen qalbu :studi deskriptif pendidikan di Pesantren Daarut Tauhiid Bandung

Akhlak yang mulia tidak lahir berdasarkan keturunan atau terjadi secara tiba-tiba, akan tetapi, membutuhkan proses panjang. Yakni melalui pendidikan akhlak. Qalbu yang baik melahirkan akhlak yang baik, Qalbu yang buruk melahirkan akhlak yang buruk. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi dan implementasinya dalam pendidikan akhlak dan apa faktor-faktor pendukung dan penghambat strategi pendidikan akhlak dengan konsep Manajemen Qalbu di Daarut Tarbiyah Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung. Tujuannya untuk mendeskripsikan strategi pendidikan akhlak dan faktor-faktor pendukung dan penghambat penerapan strategi. Konsep dasar Manajemen Qalbu diambil dari Al-Quran dan As-Sunah. Dalam Surat Asy-Syam, Allah berfirman, “qad aflaha manzakkaaha waqad khaaba man dassaaha,” amatlah beruntung orang yang menyucikan dirinya dan merugi orang yang mengotorinya. Sementara itu dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw. bersabda, alaa inna filjasadi mudgah idza shaluhat soluhat jasadu kuluuhu waidza fasadat fasadal jasadu kulluhu, alla wa hiya qalbu, (HR Muslim). Jenis penelitian ini adalah Kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan metode Observasi, Interview, Dokumentasi dan pembahasan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Kemudian catatan tersebut di analisis untuk memperoleh tema dan pola-pola yang dideskripsikan dan diilustrasikan dengan contoh-contoh, termasuk kutipan-kutipan dan rangkuman dari dokumen. Hasil dari penelitian ini yaitu di pesantren Daarut Tauhiid terdapat strategi yang menjadi basis kajian DT yang dikenal dengan nama "Manajemen Qalbu". Dan dari Manajemen Qalbu ini, diimplementasikan pada karaekter BAKU (Baik dan Kuat). Sebuah strategi yang mengajak para santri dan jama’ah untuk mampu menseleraskan olah pikir, olah hati dan olah tindakan . Dari pelaksanaan strategi tersebut terdapt faktor pendukung yaitu adanya pola pembinaan santri, keteladanan dari para mudarris/ah, dan pembiasaan dengan adanya controling yang baik dari semua pihak. Adapun faktor penghambat yaitu rasa malas karena kurangnya kesadaran dari santri dalam mengikuti program