Media sosial sebagai sumber berita: studi kasus terhadap media online Detikcom

Keberadaan internet telah banyak membawa pengaruh terhadap cara seseorang berkomunikasi. Bahkan hal ini bukan saja terjadi pada level individu namun juga pada level lembaga. Menurut hasil survey APJII pada tahun 2017, aktivitas pengguna internet di Indonesia menunjukkan bahwa 87,13 % internet digunakan untuk media sosial dari 131 juta pengguna internet di Indonesia. Media sosial telah mengubah wajah masyarakat saat ini. Setiap segi kehidupan sedikit banyak akan terpengaruh oleh media sosial, tak terkecuali dalam hal cara kerja wartawan di industri media massa modern. Mayoritas wartawan kini justru memilih jalan yang paling mudah untuk menulis, menemukan ide berita, sekaligus memverifikasi sebuah fakta yang hanya dengan mengandalkan sumber berita media sosial. Media online termasuk media yang cukup banyak menjadikan media sosial sebagai sumber berita, salah satunya Detikcom. Detikcom dinilai sebagai pelopor media online di Indonesia yang sudah berdiri sejak 30 Mei 1998. Dalam pekembangannya Detikcom selalu menyajikan informasi yang disesuaikan dengan kebutuhan pembacanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah standar yang diberikan Detikcom dalam menjadikan media sosial sebagai sumber berita. Secara lebih rinci tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui standar kelayakan berita, karakteristik berita, teknik pengembangan berita yang bersumber dari media sosial serta alasan Detikcom menjadikan media sosial sebagai sumber berita. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori new media. Asumsi teori ini dianalogikan dengan media sosial yang semula menjadi penyebar informasi atau alat distribusi media online, kini mulai berubah. Sekarang, media sosial sebagai sumber berita media online. Hal ini tentunya menjadi dampak media baru yang berimbas pada fenomena baru dalam jurnalisme. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, dan teknik pengumpulan datanya melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada aturan khusus dalam standar kelayakan berita tapi ditambahkan dengan prinsip yang digunakan Detikcom yaitu menarik menjadi perbincangan masyarakat untuk media sosial. Karakteristik berita sama saja dengan berita yang tidak bersumber dari media sosial, hal yang perlu ditekankan adalah setiap informasi yang didapatkan dari media sosial harus melalui tahap konfirmasi dan verifikasi sebelum akhirnya dieksekusi menjadi sebuah berita, ini artinya lebih menekankan pada aspek akurasi. Teknik pengembangan sosial sejatinya sama dengan berita lain, namun berdasarkan pengamatan peneliti, Detikcom sering mengembangkan berita dalam konteks topik. Alasan Detikcom menjadikan media sosial sebagai sumber berita karena Detikcom memanggap sudah menjadi tugas media massa untuk menelusuri informasi viral yang ada di media sosial, memberikan suatu fakta dengan konfirmasi dan verifikasi untuk mengungkapkan kebenaran informasi tersebut dan disebarluaskan kepada khalayak melalui pemberitaan yang dapat dipertanggungjawabkan