Komparasi take over dalam pembiayaan KPR di Bank Jabar Banten Syariah dan Bank Syariah Mandiri

Take over merupakan salah satu pelayanan jasa keuangan oleh perbankan syariah untuk membantu masyarakat yang ingin mengalihkan transaksiyang telah berjalan dari lembaga konvensional kepada lembaga keuangan syariah atas permintaan nasabah. Dalam hal pelaksanaan pengalihan utang tersebut telah diatur oleh DSN dalam Fatwa No. 31/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pengalihan Utang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan Bank Jabar Banten Syariah menggunakan akad Ijarah sementara Bank Syariah Mandirimenggunakan akad murabahah pada take over pembiayaan KPR, untuk mengetahui mekanisme take over pembiayaan KPR danbagaimana harmonisasinya dengan Fatwa pada take over pembiayaan KPR di Bank Jabar Banten Syariah dan Bank Syariah Mandiri. Penelitian ini bertitik tolak dari pemikiran bahwa pada pelaksanaan take over pembiayaan KPR di Bank Jabar Banten Syariah KCP. Rancaekek menggunakan akad qardh dan ijarah, sementara di Bank Syariah Mandiri KC. Cibinong menggunakan akad qardh dan murabahah. Dari kedua bank syariah tersebut terdapat perbedaan dalam hal penggunaan akad pada produk yang sama yaitu take over pembiayaan KPR. Sehingga penulis ingin mengetahui alasan dari masing-masing bank mengenai perbedaan akad yang digunakan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode komparatif yaitu membandingkan dan menggambarkan tentang pelaksanaan take over pembiayaan KPR di Bank Jabar Banten Syariah dan Bank Syariah Mandiri serta melakukan analisa tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. Sementara itu tektik pengumpulan data yang digunakan ialah menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Analisis data penelitian merujuk pada hasil wawancara penulis dengan pihak Bank Jabar Banten Syariah KCP. Rancaekek dan Bank Syariah Mandiri KC. Cibinong. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwatake over pembiayaan KPR di Bank Jabar Banten Syariah KCP. Rancaekek menggunakan qardh dan ijarah. Alasannya yaitu dirasa lebih cocok karena terdapat pilihan bagi nasabah untuk memperoleh assetnya kembali serta bank dan nasabah sama-sama berserikat dalam kepemilikan asset. Namun besar imbalan jasa ijarahnya didasarkan pada jumlah talangan. Sementara Bank Syariah Mandiri KC. Cibinong menggunakan qardh dan murabahah, alasannya yaitu tidak terlalu rumit dalam mekanismenya, telah banyak digunakan bank syariah lainnya serta merujuk pada Standar Operasional Bank. Dari pelaksanaan take over pembiayaan KPR di Bank Jabar Banten Syariah KCP Rancaekek maupun Bank Syariah KC. Cibinong telah mendekati alternatif satu dan tiga pada Fatwa No. 31/DSN-MUI/VI/2002 tentang pengalihan utang, hanya saja dalam pelaksanaan take over pembiayaan KPR dengan menggunakan akad murabahah ini telah mendekati kepada jual beli al-inah, sementara pada take over dengan menggunakan akad ijarah yang di akhir periode akan diikat oleh IMBT pada hakikatnya adalah untuk menghindari terjadinya jual beli al-inah