Menghidupkan nilai-nilai qurani melalui tradisi pembacaan surah yasin pada malam jumat : Studi Kasus di Mesjid Al-Maghfiroh, At-Taqwa dan Mesjid Raudhatul Jannah Kelurahan Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung

ABSTRAK Asep Mohamad Rahman Ajis. Menghidupkan Nilai-Nilai Qurani Melalui Tradisi Pembacaan Surah Yasin Pada Malam Jumat (Studi Kasus di Mesjid Al-Maghfiroh, At-Taqwa dan Mesjid Raudhatul Jannah Kelurahan Cipadung Kecamatan Cibiru Kota Bandung) Aktivitas pembacaan Surah Yasin pada malam jumat sudah menjadi tradisi yang turun-temurun, baik yang dilakukan di mesjid-mesjid maupun di Pondok Pesantren. Namun berbeda apa yang dilakukan di mesjid dan di Pondok Pesantren, dimana di pondok pesantren kegiatan tersebut dilakukan karena ada aturan sehingga tidak murni kemauan pribadi, berbeda dengan masyarakat pada umumnya yang mengikuti pembacaan Surah Yasin atas dorongan hati nurani mereka. Setiap masyarakat tentunya akan memiliki pemahaman dan pandangan berbeda terhadap pembacaan Surah Yasin. Sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat perkotaan yang dipandang dari segi religiusitas, kepribadian masyarakat perkotaan memiliki corak tersediri didalam memenuhi kejiwaan. Akibat dari pengaruh kesibukan dan gaya hidup yang serba dinamis, menyebabkan masyarakat perkotaan kurang memperhatikan kegiaatan-kegiatan dalam keagamaan . Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mendeskripsikan bagaimana proses, latar belakang dan dampak yang dirasakan masyarakat setelah mengikuti pembacaan surah Yasin dimasing-masing mesjid yang menjadi subjek penelitian. Sehingga terciptanya nilai-nilai qurani yang kurang disadari oleh masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field reseach) yang menggunakan metode penelitian desktriptif kualitatif, dengan mengunakan teori living Quran. Penelitian ini menemukan bahwa proses pembacaan surah Yasin yang dilakukan di mesjid al-Maghfiroh, at-Taqwa dan Raudhatul Jannah memiliki perbedaan. Pembacaan di mesjid al-Maghfiroh diawali dengan tawassul, pembacaan surah Yasin, tawassul kedua, tahlil, doa, marhabaan dan doa kedua. Lain halnya dengan pembacaan di mesjid at-Taqwa yang diawali dengan ceramah singkat, tawassul, shalawat nariyah, pembacaan Yasin dan doa. Berbeda pula dengan proses pembacaan di mesjid Raudhatul Jannah dimana proses pembacaannya paling singkat dibanding mesjid lainnya, dimana diawali dengan tawassul, pembacaan Yasin, tahlil dan doa. Adapun latar belakang mengikuti pembacaan Yasin menurut pengakuan mereka selain merupakan kewajiban untuk beribadah dan sebagai ajang mempererat silaturahmi. Kemudian dampak dari tradisi pembacaan surah Yasin pada malam jumat itu tercermin dalam kehidupannya sebagaimana pengakuan mereka, dimana dengan adanya pembacan surah Yasin ini tumbuh sikap saling tolong menolong, kebersamaan yang kuat dan sikap toleransi (itu terlihat dari dihadirinya oleh orang yang notabennya bukan NU secara kultural dalam pembacaan surah Yasin)