Konsep pendidikan tauhid dalam keluarga menurut Nawawi Al-Bantani dalam tafsir Al-Munir

Pengaruh keluarga mulai melemah karena perubahan sosial, politik, dan budaya. Keluarga telah kehilangan fungsinya dalam pendidikan karena kurangnya pemahaman pendidikan tauhid yang diajarkan dan dibentuk sejak dini kepada anaknya serta belum adanya kesadaran orang tua tentang pentingnya pendidikan tauhid dalam keluarga. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana penafsiran Syaikh Nawawi tentang urgensi pendidikan tauhid dalam keluarga dalam Tafsir Al-Munîr. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode content analysis, yaitu suatu metode penelitian pemikiran yang bersifat normatif dengan mengkaji kandungan makna yang terdapat dalam pernyataan seorang tokoh yang diteliti. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan (library research) dan metode maudhu’i (tematik). Penelitian ini berdasarkan dua kajian teori, langkah yang pertama menstrukturkan definisi tauhid dengan melalui pendekatan bahasa. Dan langkah yang kedua mengklasifikasikan ayat-ayat dalam alquran tentang pendidikan tauhid dalam keluarga, yang kemudian menganalisisnya dengan penafsiran Syaikh Nawawi Al-Bantani. Yang menjadi sumber primer dalam penelitian ini merupakan karya tafsir Syaikh Nawawi Al-Bantani yaitu kitab Al-Munîr Marâh Labîd. Secara garis besar konsep pendidikan tauhid dalam keluarga menurut Syaikh Nawawi yaitu dengan cara memberi pengetahuan mengenai ketauhidan yang bersumber dari Alquran dan Hadis. Sehingga ketauhidan yang tertanam dalam jiwa anak pun akan disertai dengan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan bukti-bukti yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Pendidikan tauhid dalam keluarga harus dilakukan sedini mungkin agar anak terarah dengan baik. Materi pendidikan tauhid menurut Syaikh Nawawi ada enam pembahasan yang tedapat pada kitab Tijan Ad-Darâry yakni; pendidikan tentang wajibnya mengetahui sifat wajib dan mustahil dan jaiz bagi Allah, pendidikan tentang wajibnya mengetahui sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi rasul serta nasab Nabi Muhammad SAW. Menurut Syeikh Nawawi dalam penerapan tauhid membutuhkan adanya metode yang bisa dipahami oleh anak-anak. Adapun penerapannya jika dipoinkan yakni pembiasaan kalimat tauhid kepada anak secara terus menerus sehingga anak dapat mengingatnya, menjadi teladan yang baik bagi anaknya sebagaimana sosok para Nabi dan Rasul yang menjadi suri teladan bagi umatnya, memberi kasih sayang sehingga membantu proses penyampaian materi kepada sang anak, karena berkaitan dengan emosional anak, memberi pengawasan kepada anak sangatlah penting dengan begitu kita bisa mencegah anak melakukan hal-hal yang negatif atau melanggar agama, menanamkan tauhid kepada anak sejak dini sehingga akan tertanam dalam hati dan pikiran anak bahwasanya tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah (Lâ ilâha illa Allah Muhammad ar-Rasulullah)