Pembingkaian Berita Media Online (Analisis Framing Model Robert N. Entman pada Berita Kabut Asap di BBCIndonesia.com dan Kompas.com Edisi September-Oktober 2015)

Penelitian ini bertolak dari pemberitaan mengenai kabut asap yang terjadi di Indonesia diakibatkan kebakaran hutan dan lahan di sebagian pulau Sumatera dan Kalimantan hingga dampaknya sampai ke Negara tetangga yaitu Malaysia dan Singapura. Berbagai media massa baik cetak maupun elektronik terus menyoroti peristiwa ini yang berlangsung lebih dari 1 bulan. Bahkan, tidak sedikit media yang menjadikan berita ini sebagai sajian utama. Namun, dari sekian banyak media online yang menjadikan kejadian kabut asap tersebut sebagai pemberitaan, penelitian hanya akan fokus pada dua media online dalam rentang waktu bersamaan menjadikan peristiwa ini sebagai pemberitaan mereka, yaitu Media Online Bbcindonesia.com dan Kompas.com. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara media mengkonstruksi berita melalui empat elemen pembingkaian model Robert N. Entman yaitu define problems (pendefinisian masalah), diagnose causes (memperkirakan masalah atau sumber masalah), make moral judgement (membuat keputusan moral), treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Penelitian ini berpijak pada paradigma konstruksionis dengan menggunakan model analisis Robert N. Entman. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi kliping dan kepustakaan. Adapun objek penelitian ini adalah seputar peristiwa kabut asap yang terjadi di Indonesia pada bulan September sampai Oktober 2015. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa Media Online BBCIndonesia.com dan Kompas.com telah mengalami proses pembingkaian pada pemberitaan yang mereka sajikan. BBCIndonesia.com mendefinisikan peristiwa kabut asap sebagai masalah sosial dan kemanusiaan. BBCIndonesia.com menyajikan pemberitaan dengan mengacu pada satu pihak yang harus bertanggung jawab yaitu pemerintah Indonesia. BBCIndonesia.com mengabaikan beberapa elemen jurnalisme terutama dalam disiplin verifikasi serta melanggar Kode Etik Jurnalistik dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers karena tidak mengindahkan asas praduga tak bersalah dan berpotensi meningkatkan hubungan yang tidak nyaman antara Negara Indonesia, Malaysia dan Singapura. Sedangkan, Kompas.com lebih menonjolkan aspek hukum dan aspek politik pada peristiwa ini dan sudah cukup komprehensif dan proporsional dalam pemberitaanya. Kompas.com juga berusaha menetralisir hubungan ketiga Negara dan menyajikan solusi dari permasalahan, namun Kompas.com kurang bijak dalam menyampaikan pemberitaan, Kompas.com cenderung membingkai berita dengan menciptakan pencintraan yang baik hanya pada pihak Indonesia