Interaksi sosial antara siswa-siswi kelas reguler dan bilingual di Sekolah SMAN I Sukatani Kabupaten Bekasi

Bertemunya dua kelompok sosial yang berbeda dalam satu lembaga dengan jarak yang tak jauh merupakan gambaran suatu dinamika kelompok sosial, yaitu hubungan interaksi sosial antarkedua kelompok sosial yang dinamis. Interaksi sosial tersebut merupakan suatu proses di mana timbul hubungan timbal balik antara individu dan individu, individu dan kelompok ataupun kelompok dan kelompok, interaksi tersebut secara struktural akan menimbulkan pola-pola sosial yakni kebudayaan, stratifikasi sosial, konflik, kekuasaan dan wewenang dan lain-lain. Oleh sebab itu, untuk menjembataninya perlu ada pola-pola perilaku dan kerjasama yang baik dalam melakukan suatu hubungan serta dibutuhkan norma-norma dan aturan yang berlaku. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran bentuk perbedaan kelas regular dan bilingual di sekolah SMAN I Sukatani Kabupaten Bekasi; di samping itu, peneliti ingin mendeskripsikan bagaimana interaksi antara siswa-siswi kelas regular dengan bilingual di sekolah tersebut; tujuan lain adalah untuk mengetahi dampak stratifikasi kelas regular dan bilingual. Penelitian ini menggunakan teori interaksi sombolik Herbert Mead sebagai akar teori. Interaksi ini menunjukan simbol-simbol yang menciptakan bahasa, gerak tubuh dan sebagainya. Sikap yang terdapat pada dua kelas ini dilihat dari kelas bilingual yang memaknai simbol sosialnya dengan berpenampilan dan menggunakan barang-barang yang ia miliki. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yakni suatu metode dengan tujuan untuk menggambarkan serta mengeksplorasi kondisi objek yang diteliti secara sistematis dari tempat penelitian tersebut. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan obsesvasi, wawancara serta studi pustaka dan dokumentasi pada objek penelitian. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada diskriminasi dalam dua kelas yang menyebabkan pemisahan antara kelas regular dan bilingual, di antara yang ada perbedaan fasilitas, biaya, dan lain-lain. Ini dapat menimbulkan interaksi yang ditonjolkan para siswa regular dan bilingual saling berkelompok yakni cenderung pada kelas masing-masing. Dampak yang terjadi dapat dilihat dari segi positifnya, yang mengacu pada asosiatif cenderung pada kerjasama siswa yang sama-sama saling menciptakan prestasi dalam bidang ekstrakurikuler walaupun mereka berasal dari kelas regular maupun bilingual. Sedangkan sisi negatif, bersifat konflik kecil yakni adanya dendam pribadi hanya beberapa waktu saja. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa interaksi yang terjalin antara kelas regular dan bilingual dapat dilihat dari cara siswa merespon dan memandang satu sama lain. Kelas regular memiliki teman kelas bilingual begitu juga sebaliknya. Namun, hubungan sosial yang terjalin kurang efektif karena jadwal jam mata pelajaran kedua kelas berbeda, kelas bilingual lebih padat dibanding kelas regular, sehingga waktu yang mereka gunakan lebih sedikit untuk bersosialisasi untuk melakukan kegiatan bersama