Peran K.H. Muhammad Zainul Akhyar dalam Pengembangan Dakwah Islam di Kabupaten Bandung 1967-2008

K.H. Muhammad Zainul Akhyar merupakan sosok Kyai yang Kharismatik dan mempunyai nama besar di Kabupaten Bandung. Kyai yang terkenal dengan sebutan Aa Babussalam ini merupakan spesialis ilmu Tafsir dan Hadits. Adapun aktifitas keulamaannya diwujudkan dalam bidang dakwah melalui pemikiran-pemikirannya yang telah membawa pengaruh di Kabupaten Bandung. Atas dasar itulah, penulis akan merumuskan dalam dua permasalahan: pertama, bagaimana riwayat hidup KH. Muhammad Zainul Akhyar; kedua, bagaimana peran KH. Muhammad Zainul Akhyar dalam pengembangan dakwah Islam di Kabupaten Bandung. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dengan langkah-langkah penelitian sebagai berikut; heristik (pengumpulan sumber-sumber primer dan sekunder) kritik (intern dan ekstern), interpretasi (menafsirkan, sumber-sumber sejarah) dan historiografi (penulisan sejarah). Dari hasil penelitian ini dapat diungkapkan bahwa KH. Muhammad Zainul Akhyar terlahir dari pasangan K.H. Muhammad Izzuddin dengan Hj. Sa’diyah pada tahun 1943 dan wafat pada tahun 2008. Sejak kecil beliau sudah mendapatkan pendidikan agama yang baik dari kedua orang tuanya, hal itu dimaksudkan agar dalam kepribadian KH. Muhammad Zainul Akhyar tertanam sikap Akhlakulkarimah. Pengalamannya dari pesantren ke pesantren lainnya menghantarkan beliau menjadi seorang kyai. Peran KH. Muhammad Zainul Akhyar dalam pengembangan dakwah Islam di Kabupaten Bandung diwujudkan dalam beberapa kegiatan dakwahnya. Dasar-dasar pemikirannya bisa dilihat dari rekaman ceramah dan karyanya. Pertama, dalam adab-adab menyikapi dunia dan akhirat maka harus adanya dinun muttaba’un (agama yang diikuti seluruh umat), sultonun kohirun (pemerintah yang perkasa dan bijaksana), adlun samirun (keadilan yang merata), amnun amun (keamanan yang umum) dan khisbudarin (kesuburan di masyarakat). Kedua, dalam sejarah fokus wafatnya Nabi Muhammad SAW sampai pasca meninggalnya Abu Bakar Siddiq, hingga bermunculannya aliran-aliran seperti Ahlussunnah Wal Jamaah yang memiliki dasar pemikiran keagamaan yang berbeda baik dalam fiqih, tauhid maupun tasawuf. Kemudian karya tulis yang banyak berkaitan dengan do’a, wirid dan dzikir yang sampai saat ini karyanya masih dipakai oleh santri-santrinya yang sudah berhasil dan mendirikan pesantren. Pada tahun 1967 KH. Muhammad Zainul Akhyar mendirikan pesantren Babussalam Sindangkerta sebagai upaya dalam mencetak kaderisasi ulama. dakwah dan kaderisasi ulama yang dilakukan yaitu melalui ceramah baik itu di majelis ta’lim, ceramah keluar pesantren dan tahun 1974 mulai diadakan tradisi pasaran atau baktsul kutub yang dalam perkembangannya terjadi pasang surut. Selain itu beliau juga aktif dalam organisasi Nahdlatul Ulama sebagai bentuk khidmah kepada guru-guru beliau yang rata-rata memiliki sanad ilmu langsung dengan Hadlratus KH. Hasyim Asy’ari sebagai pendiri Jam’iyyah Nahdlatul Ulama