Al-Ikhtilaf Fii Itsbat Al-'Illah Wa Asaruhu Fii Ahkam Al-Amwal Wa Al-Asnaf Al-Zakawiyyah: studi perbandingan

Studi ini membahas perbandingan fatwa antara ulama Indonesia dan ulama Saudi Arabia dalam masalah zakat profesi dan zakat pertanian (selain empat jenis yang termanshush) yang mana keduanya adalah dua macam objek zakat. Studi ini juga membahas tentang pendistribusian zakat untuk kemaslahatan umum sebagai bentuk pengamalan makna fi sabilillah. Fokus kajian ini terletak pada metode, isi fatwa dan illat yang digunakan. Ditemukan bahwa terdapat kesamaan antara ulama Indonesia dan Saudi Arabia tentang metode fatwa, yaitu metode Ta'lil Ushuli untuk masalah zakat profesi dan zakat hasil pertanian sebagai dua macam harta zakat, hanya mereka berbeda pendapat tentang illat dari keduanya. Tentang Illat zakat profesi, sebagian ulama Indonesia menjadikan produktifitas sebagai illat wajib pada masalah zakat profesi. Ulama Saudi Arabia dan sebagian ulama Indonesia menambahkan pertukaran (uang dengan manfaat atau jasa) sebagai illat wajib selain produktifitas. Illat zakat pertanian (selain empat jenis yang termanshush), Sebagian ulama Indonesia menjadikan segala yang keluar dari bumi sebagai illat wajib zakat ini. Adapula yang mengatakan produktifitas sebagai illat wajib, bahkan ada yang menyimpulkan tidak wajib zakat karena illat tidak terpenuhi, yaitu setiap bahan makanan pokok yang bisa disimpan. Adapun illat wajib zakat ini menurut ulama Saudi dan sebagain ulama Indonesia adalah produktifitas, keuntungan dan pertukaran. Tentang isi fatwa, terdapat kesamaan antara ulama Indonesia dan Saudi Arabia mengenai hukum wajib zakat profesi. Sementara hanya sebagian ulama Indonesia yang bersepakat dengan ulama saudi mengenai hukum wajib zakat hasil pertanian (selain empat jenis yang termanshush). Ditemukan juga bahwa terdapat kesamaan antara ulama Indonesia dan Saudi Arabia dalam penggunaan metode fatwa mengenai masalah pendistribusian zakat untuk kemaslahatan umum, yaitu ta'lil maqashidi. Perbedaannya adalah pada meluaskan atau menyempitkan illat fi sabilillah. Sebagian ulama Indonesia meluaskannya pada kemaslahatan umum, maka memperbolehkan pendistribusian zakat untuk kemaslahatan umum. Sementara yang lain dan ulama Saudi Arabia menyempitkannya hanya pada relawan perang. Disertasi ini juga menemukan bahwa perbedaan dalam menggunakan metode fatwa menyebabkan perbedaan dalam menentukan hasil hukum dan bisa juga menyebabkan persamaan. Temuan disertasi ini mendukung Al-Ghazali (505 H.), As-Syathibi (790 H.), Ibn Daqil Idi (702 H.) dan Ar-Raisuni yang mengatakan bahwa hukum adakalanya bisa dita'lil dan adakalanya tidak. Faktor yang membedakan adalah dominasi hukum apakah dita'lil ataukah tidak. Temuan disertasi ini menolak pendapat Ali bin Shalih bin Muhammad al-Mihmadi yang mengatakan bahwa boleh menta'lilkan hukum. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, karena mengkaji tentang status hukum, metode dan perbandingan. Adapun sumber primer disertasi ini adalah empat buku kumpulan fatwa, yaitu buku kumpulan fatwa Komisi Fatwa Majlis Ulama Indonesia, Lajnah Bahtsul Masail Nahdhatul Ulama, Majlis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah dan Lajnah Daimah Saudi Arabia. Adapun sumber sekundernya adalah buku-buku dan jurnal-jurnal yang terkait