Bahasa memiliki kaitan dengan kekuasaan, yakni bahasa dapat digunakan untuk merebut kekuasaan maupun untuk mempertahankan status quo. Karena itu, partai politik berusaha mendayagunakan bahasa sedemikian rupa dalam mengiklankan partainya agar mendapat simpati dan dukungan rakyat. Melalui iklan politik, para caleg dan capres ingin cepat dikenal oleh pemilih. Mereka percaya bahwa iklan yang bertubi-tubi memiliki daya magis untuk mengenalkan diri dan merayu calon pemilih secara instan. Karena tidak memiliki prestasi yang patut dibanggakan, mereka hanya mengobral sensasi, menonjolkan gelar akademis, dan narsis. Meningkatnya konstalasi politik menyebabkan pertarungan iklan politik semakin keras dan tak jarang menjurus pada kampanye negatif. Mela...