Pelaksanaan Upacara Ritual Dalam Tantrayana

One of the characteristics of culture in Indonesia is the emergence of a process of assimilation or synthesis between local traditional elements and the culture that came from India. Likewise, the Tantrayana sect in Indonesia has had a lot of influence from local culture or local culture. The continuity of the Tantrayana school until now can be found in the arts and customs. For example: in Balinese art, there are stories of Calon Arang, Rangdha and Sarong related to witchcraft, as well as in intoxicating dances (Javanese: Tayuban). Meanwhile, in customs, you can find sacrificial ceremonies such as tabuh rah, metajen and mecaru. Apart from that, the ceremonies of worshiping ancestral spirits and invoking fertility by using opium as offerings can also be considered as remnants of elements of the Tantrayana tradition.Salah satu ciri khas kebudayaan di Indonesia, adalah timbulnya proses pembauran atau sintesis antara unsur-unsur tradisi se tempat dengan kebudayaan yang datang dari India. Begitu pula sebaliknya, aliran Tantrayana di Indonesia banyak mendapat pengaruh kebudayaan lokal atau kebudayaan setempat. Kelangsungan aliran Tantrayana sampai sekarang secara samar dapat dijumpai dalam bidang kesenian dan adat istiadat. Sebagai contoh: dalam kesenian Bali, dikenal cerita Calon Arang, Rangdha dan Sarong yang berhubungan dengan ilmu sihir, demikian pula dalam tari-tarian yang memabukkan (Jawa: Tayuban). Sedangkan dalam adat istiadat, dijumpai adanya upacara korban seperti misalnya tabuh rah, metajen dan mecaru. Selain itu upacara memuja arwah nenek moyang dan memohon kesuburan dengan menggunakan candu sebagai sesaji, juga dapat dianggap merupakan sisa-sisa unsur tradisi aliran Tantrayana