MEDIASI TAFSIR AL-QUR’AN DI MEDIA SOSIAL: TAMPILAN BUDAYA PEMAKNAAN DAN PEMAHAMAN DALAM ACARA SHIHAB & SHIHAB DI YOUTUBE NAJWA SHIHAB

Potret budaya dalam penafsiran yang selama ini tampil dalam wajah tafsir modern melalui implementasi metodisnya mengalami pergeseran dalam wajah penafsiran audiovisual. Quraish Shihab memproduksi makna secara langsung dalam Channel YouTube Najwa Shihab yang berimplikasi pada kekaburan kerangka metodis yang digunakan dalam membentuk pemaknaan. Sifat aktual yang merepresentasikan budaya pemaknaan dan pemahaman terintegrasi dalam penyebutan argument-argumen dengan bentuk yang beragam. Pemilihan argument didasarkan pada fenomena aktual yang direspon sesuai dengan konsep pemahaman dan kebiasaannya dalam penafsiran. Bentuk fenomena dan argumentasi sebagai responsnya yang menghasilkan makna menunjukkan tampilan budaya pemaknaan dan penafsiran yang muncul di tafsir audiovisual yang dinamis dan terbuka. Dari beberapa literatur yang disebutkan menunjukkan bahwa seringnya penelitian sebelumnya mengkaji bentuk dan model penafsiran di media sosial disertai dengan pengaruhnya terhadap audiens. Begitu juga penelitian yang menunjukkan budaya penafsiran belum menyentuh di ranah media sosial. Tesis ini difokuskan pada dua rumusan masalah, pertama, pertanyaan terkait bagaimana bentuk pemaknaan M. Quraish Shihab dalam acara Shihab & Shihab dalam YouTube Najwa Shihab dan bagaimana identitas budaya pemaknaan M. Quraish Shihab di YouTube Najwa Shihab. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teori mediasi dan oposisi biner dalam strukturalisme dari tokoh antropolog yaitu Claude Lévi-Strauss. Kemudian metode yang digunakan adalah kualitatif serta jenis penelitian yakni studi pustaka. Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data; primer dan sekunder. Sumber data primer dari video Quraish Shihab dalam program Shihab dan Shihab pada tahun 2020-2021. Sedangkan data yang menjadi sumber sekunder menggunakan dokumen dan hasil penelitian yang terkait. Dari penelitian ini penulis berhasil mendapatkan beberapa hasil, pertama, terdapat dua kecenderungan dalam identitas budaya pemaknaan Shihab: (1) pemaknaan yang dilakukan dengan meluruskan kesalahpahaman konseptual yang dijelaskan dengan mengungkapkan keutuhan makna dengan menunjukkan pesan yang terkandung dalam ayat, (2) pemaknaan yang dilakukan dengan merespon pernyataan pemahaman masyarakat dengan membenarkan dan menegaskan keserupaan maknanya sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an. dua kecenderungan ini menunjukkan budaya pemaknaan Shihab yang kontekstual. Kedua, dari proses pemaknaan tersebut dapat menunjukkan konstruksi budaya pemahaman masyarakat terhadap Al-Qur’an yang terbagi menjadi dua kecenderungan: (1) kecenderungan puritanisme, ditujukan pada masyarakat yang begitu getol memahami makna Al-Qur’an secara tekstual serta masyarakat yang memahami konsep keislaman secara stagnan sebagai agama yang bersifat panteistik. (2) modernis-quasi-objektif. Kecenderungan ini ditujukan pada pemahaman atas konsep keislaman yang tidak disandarkan secara langsung pada makna tekstual akan tetapi mengambil pesan yang terdapat dibalik Al-Qur’an