Rangkiang dan Surau dalam Penciptaan Selendang Batik

Indonesia merupakan negara dengan berbagai budaya dan keunikan masyarakatnya, mulai dari bahasa, tata cara adat, pakaian, hingga tempat tinggal. Salah satu rumah adat tradisional yang unik dan paling populer adalah Rumah Gadang. Rumah Gadang memiliki Rangkiang, Rangkiang atau lumbung merupakan sebuah bangunan kecil di sebelah atau di depan Rumah Gadang yang digunakan untuk menyimpan padi. Surau adalah ruang tempat ibadah yang menyerupai Musala. Surau merajuk pada bangunan tempat ibadah umat Islam. Fungsinya hampir sama dengan Mesjid yakni pusat sebagai pusat kegiatan keagamaan masyarakat dan pendidikan dasar keislaman. Oleh karena itu penulis ingin menjadikan Rangkiang dan Surau sebagai sumber ide penciptaan karya selendang batik agar masyarakat mengetahui bahwa Indonesia memiliki berbagai macam rumah adat tradisional yang harus dilestarikan agar tidak mengalami kepunahan. Metode pendekatan yang dipakai dalam karya penciptaan ini adalah pendekatan estetika. Suatu ilmu yang mempelajari suatu yang berkaitan dengan keindahan, melalui unsur-unsur estetika tiga aspek wujud atau rupa, bobot, dan penampilan atau penyajian. Pembentukan karya didasarkan dari pencarian memalui wab akan objek yang dipakai, dan dikembangkan secara proposional dalam bentuk sketsa dan berjalan ke berbagai proses perkembangan dari wujud, bobot, dan penampilan. Metode yang digunakan dalam penciptaan ini adalah metode penciptaan SP. Gustami, sehingga dengan demikian menjadikan karya yang tidak hanya berbobot secara visual namun juga secara konseptual. Teknik yang digunakan adalah batik tulis. Proses yang dihasilkan dari penciptaan Tugas Akhir ini berjumlah empat karya berupa selendang batik yang dibuat dengan desain yang sederhana namun elegan. Diharapkan dari penciptaan ini dapat bermanfaat bagi penikmat seni dan masyarakat pada umummnya, serta dapat memberi konstribusi dan wacana kreatif pada masyarakat tentang alternatif pengembangan karya kriya khususnya seni bati