TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENENTUAN BESARAN UANG TENEPIK OLEH PIHAK KELUARGA CALON MEMPELAI WANITA DALAM MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN (Studi Kasus Masyarakat Adat Lampung Pepadun Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan)

ABSTRAK Syari’at Islam memberi kelonggaran dan keringanan serta sedikit sekali memberi beban, khususnya dalam pernikahan, bagi yang tidak bisa membayar maskawin dengan mahal, maka Islam membolehkan membayar mahar walaupun dengan maskawin cincin dari besi sekalipun, dan juga memperbolehkan mahar dengan Al-Qur’an yang dihafal oleh mempelai laki-laki, sehingga pernikahan bisa dilangsungkan. Dalam adat pernikahan Masyarakat Adat Lampung Pepadun, terdapat proses penentuan besaran uang tenepik, sehingga pernikahan dapat terjadi apabila telah disepakatinya besaran uang tenepik yang telah ditentukan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penetapan besaran uang tenepik dan mahar oleh pihak keluarga calon mempelawai wanita dalam masyarakat adat Lampung Pepadun Kecamatan Negeri Besar, Kabupaten Way Kanan dan Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap penetapan besaran uang tenepik oleh pihak keluarga calon mempelawai wanita dalam masyarakat adat Lampung Pepadun Kecamatan Negeri Besar, Kabupaten Way Kanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penetapan besaran uang tenepik oleh pihak keluarga calon mempelawai wanita dalam masyarakat adat Lampung Pepadun Kecamatan Negeri Besar, Kabupaten Way Kanan, serta untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap penetapan besaran uang tenepik oleh pihak keluarga calon mempelawai wanita dalam masyarakat adat Lampung Pepadun Kecamatan Negeri Besar, Kabupaten Way Kanan. Selain itu jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field research), penelitian ini bersifat deskriptif analisis yang menggunakan metode kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian, dalam menentukan besar uang tenepik disesuaikan dengan uang adat yaitu berdiri dari angka 12, 24 dan 48 baik dia sebambangan atau himpun lebu kelama. Nominal dari angka tersebut bermulai dari 1.200.000., 2.400.000., 4.800.00., hingga kelipatan-kelipatan selanjutnya. Berapapun permintaan uang tenepik keluarga calon mempelai wanita kepada keluarga calon mempelai laki-laki, dia terlebih dahulu harus siap menyanggupinya terlepas dapat terpenuhi atau tidak, jadi tidak ada istilah calon mempelai laki-laki merasa keberatan dan saat memberikan uang tenepik tersebut sepantas-pantasnya atau seada-adanya untuk menghargai keluarga wanita yang duduk di uang adat 12, 24 dan 48, jadi tidak terpaku pada permintaan melainkan saling meghargai dan melihat kondisi keluarga calon penganten pria.. Adapun pandangan hukum Islam dalam masalah ini, penentuan uang tenepik merupakan ketentuan yang berasal dari adat istiadat atau ‘urf. Oleh karena itu penentuan dan pemberian uang tenepik dalam prosesi pernikahan masyarakat adat Lampung Pepadun dalam pandangan hukum Islam adalah boleh. Hal ini dikarenakan tujuan dan maksud dari diadakannya uang tenepik memberikan manfaat lebih banyak kepada semua pihak yang bersangkutan, terkhusus kepada kedua calon mempelai yang hendak menikah karena uang tenepiki tersebut akan kembali kepada mereka