ETNOGRAFI AL-QUR’AN (STUDI ATAS AL-QUR’AN DALAM KEHIDUPAN KOMUNITAS DIFABEL DI ASRAMA YAKETUNIS YOGYAKARTA)

Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam di seluruh penjuru dunia. Sejak zaman Rasulullah saw hingga saat ini, al-Qur’an telah melahirkan beraneka ragam interaksi dengan para pembacanya. Termasuk di dalamnya komunitas difabel yang tidak mengalami hambatan kecerdasan, salah satunya adalah difabel netra. Tunanetra dapat membaca al-Qur’an dalam format tulisan Braille. Keberadaan al-Qur’an Braille di Indonesia tidak dapat terlepas dari peran Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (Yaketunis) Yogyakarta. Sampai saat ini Yaketunis telah berkembang dan menaungi asrama khusus untuk tunanetra muslim, berbagai kegiatan keagamaan dalam rutinitas sehari-hari komunitas tunanetra telah terlaksana dengan baik di asrama Yaketunis, sehingga asrama tersebut terkesan seperti pesantren bagi komunitas tunanetra. Penelitian ini bertujuan untuk mengekplorasi dan mempublikasikan kekayaan ragam fenomena al-Qur’an di komunitas difabel muslim dan menemukan signifikansi al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari komunitas difabel, tunanetra tepatnya, di asrama Yaketunis Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian al-Qur’an in everyday live atau yang disebut juga Living Qur’an dalam ranah kajian studi al-Qur’an. Dalam hal ini penulis mencoba mengadopsi suatu metode dalam ranah kajian ilmu sosial yaitu etnografi. Hasil penelitian dalam tulisan ini menunjukan bahwa secara komunal, tidak ada upacara atau ritual khusus yang diselenggarakan terkait al-Qur’an di asrama Yaketunis. Al-Qur’an digunakan oleh komunitas difabel asrama Yaketunis dalam acara TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) untuk dipelajari dan dibaca dengan beragam perlakuan anak-anak sesuai dengan latar belakang keilmuan dan kesehatan mental anak. Di samping itu kajian tentang tafsir al-Qur’an dan hadis diselenggakan oleh pihak asrama untuk memperkaya keilmuan dan wawasan anak asuh. Selanjutnya penulis juga melihat dua ayat al-Qur’an yang mewarnai hidup mereka yaitu QS. Al-Ra’du [13] ayat 11 dan QS. al-Qaṣaṣ [28] ayat 77. Dengan itu mereka meyakini betul serta merealisasikan bahwa dengan keterbatasan penglihatan yang mereka miliki tidak akan menghalangi mereka untuk menggapai kesuksesan dan kebahagiaan di dunia maupun akhirat. Hasil penelitian terakhir adalah mengenai resepsi komunitas tunanetra terhadap al-Qur’an di asrama Yaketunis lebih berbasis makna. Sebagai contohnya, ketika akan membuka suatu acara tidak melulu menggunakan surat al-Fatihah. Faktor yang mempengaruhi fakta Qur’ani di asrama Yaketunis adalah mencakup faktor internal dan eksternal. Yang menjadi faktor internal adalah tingkat keilmuan yang dimiliki anak-anak asuh asrama Yaketunis itu sendiri. Adapun faktor eksternalnya adalah organisasiorganisasi yang diikuti oleh anak-anak asuh terutama yang menyelenggarakan pengajian terkait dengan penjelasan seputar masalah keagamaan seperti ITMI (Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia), Lembaga sosial Al-Hikmah, dan asrama Yaketunis sendiri