PARADIGMA INTEGRASI-INTEKONEKSI DALAM KURIKULUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA (STUDI ATAS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FAKULTAS SAINTEK)

Memasuki awal abad ke-21, terjadi fenomena menarik dalam dunia pendidikan, yakni transfomasi perguruan tinggi Islam di beberapa daerah di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh gelombang globalisasi yang merubah sikap dan cara pandang masyarakat dunia secara keseluruhan, sehingga perbaikanperbaikan khususnya dalam bidang pendidikan mutlak dilakukan untuk menghasilkan manusia yang mampu bersaing dan dapat menyesuaikan diri dengan segala perubahan yang ada. Salah satu instrument yang berperan penting dalam hal ini adalah kurikulum. Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta yang bertransformasi pada awal tahun 2004 lalu, mereintegrasikan keilmuan agama dan keilmuan umum dalam sebuah paradigma keilmuan yang dikenal dengan paradigma keilmuan integrasi-interkoneksi. Paradigma ini dipergunakan untuk membidangi berbagai disiplin ilmu agama dan disiplin ilmu umum dalam kurikulum penyelenggaraan pendidikan tinggi. Penulis memfokuskan diri pada Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Saintek UIN Sunan Kalijaga sebagai objek penelitian skripsi ini, yang berlangsung pada bulan Mei hingga Juni 2012. Wawancara (interview) dengan beberapa dosen dari Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Saintek menjadi data primer yang didukung dengan sumber kepustakaan berupa literatur buku, jurnal, maupun internet. Paradigma integrasi-interkoneksi dalam kurikulum UIN Sunan Kalijaga, berupa penamaan mata kuliah untuk menunjukkan hubungan integratif suatu keilmuan tertentu. Fakultas Ushuluddin diintegrasikan dengan keilmuan sosialhumaniora dan lain sebagainya (sejauh memiliki kedekatan dengan kompetensi program studi), sedangkan Fakultas Saintek (Sains dan Teknologi) yang terdiri dari keilmuan MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), Pendidikan MIPA, dan Industri saling diintegrasikan dengan keilmuan agam