SIKLUS WAKTU DALAM AL-QUR’AN (KAJIAN TEMATIK TERHADAP AYAT-AYAT TENTANG SIKLUS WAKTU )

Manusia tidak akan pernah dapat melepaskan diri dari perputaran (baca: siklus) waktu. Sebagai salah satu makhluk yang hidup dan bermukim di dunia, manusia akan mengalami masa lalu, masa kini dan masa depan. “Kembali pada al-Qur‟an dan al- Sunnah”, adalah segenggam keyakinan yang penulis percayai bahwa di dalam al- Qur‟an, terdapat berbagai prinsip dasar dan berbagai disiplin ilmu, termasuk di dalamnya adalah persoalan siklus waktu yang terkait langsung dengan kehidupan manusia. Komitmen Islam yang penuh terhadap waktu yang diabadikan dalam al- Qur‟an dan al-Sunnah, serta semangat kaum muslimin abad pertama merupakan abad—dan uswah—terbaik dalam memperhatikan waktu. Bertolak dari fakta yang sedang dialami kaum muslimin hari ini, yang terkesan mengabaikan waktu serta menyia-nyiakan usia. Fenomena inilah yang memantik ketertarikan penulis untuk mengkaji bagaimana penjelasan al-Qur‟an—sebagai sumber ajaran agama Islam— merespon persoalan siklus waktu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis dan langkah-langkah penafsiran tematik yang digagas oleh Abd al-Hayy al-Farmawi, terhadap ayat-ayat al- Qur‟an dan sabda Nabi Muhammad SAW yang berbicara mengenai siklus waktu, ditambah lagi dengan pandangan ulama tafsir tentang ayat-ayat tersebut. Sumber penelitian ini diambil langsung dari ayat-ayat al-Qur‟an sebagai sumber primer, dan hadis-hadis Nabi SAW, kitab-kitab tafsir, serta karya para ulama yang berkaitan dengan tema pembahasan sebagai sumber sekunder. Dari penelitian ini, diketahui bahwa ayat-ayat yang berbicara tentang siklus waktu banyak mengandung makna-makna dan petunjuk yang perlu direnungi oleh umat manusia. Pertama, siklus waktu merupakan salah satu bukti kekuasaan, kebesaran, kesempurnaan dan pengetahuan Allah SWT yang diberikan kepada makhluk-Nya. Allah berkuasa dalam mengatur segala yang diciptakan-Nya. Kedua, siklus waktu yang dimiliki manusia harus dioptimalkan penggunaannya. Pada siang hari, agar manusia bergiat diri mencari sebagian dari karunia-Nya, sedangkan di malam hari, supaya manusia mengistirahatkan diri dari kepenatan pekerjaan dan panas terik matahari di siang hari. Ketiga, disebutkan manfaat yang dapat dipetik dari kehadiran malam dan siang, yakni supaya manusia mengetahui bilangan-bilangan tahun, perhitungan bulan, pergantian hari, serta segala sesuatu yang mendatangkan maslahat dari siklus-siklus waktu tersebut. Keempat, tentang sumpah Allah SWT yang merupakan siklus waktu adalah sebagai tanda dan bukti-bukti yang menunjukkan seluruh sifat-sifat kesempurnaan-Nya yang agung, agar manusia selalu berpegang teguh kepada agama Allah SWT. Dengan siklus waktu, manusia menjadi tahu dan mengerti bahwa waktu yang dimiliki saat ini tidak akan pernah kembali, sehingga manusia diharapkan bisa memanfaatkan kesempatan hidup untuk beribadah dan berbuat amal kebaikan, serta optimis bahwa hari esok harus jauh lebih baik dari hari ini. Selanjutnya, manusia harus selalu melakukan introspeksi: menatap masa lalu untuk mengambil pelajaran sebagai bekal masa kini dan masa depan. Setiap pergantian atau perputaran waktu dijadikan pintu muh}asabah dengan menghitunghitung apa saja yang telah diperbuat, pada lembar-lembar waktu yang telah lewat