EVALUASI PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DALAM UPAYA MEMBERDAYAKAN USAHA MIKRO (STUDI DI BMT AL-IKHLAS, BMT ASSALAM DAN BMT BINA IHSANUL FIKRI YOGYAKARTA)

Kehadiran BMT sebagai LKMS diharapkan menjadi solusi bagi problem yang dihadapi oleh sektor usaha mikro. Dibalik data beberapa penelitian yang secara kuantitatif menyatakan bahwa nasabah usaha mikro terbukti mengalami peningkatan dari sisi pendapatan setelah mendapatkan pembiayaan dari BMT, namun secara fakta, seringkali banyaknya akses permodalan yang diberikan oleh BMT (dan termasuk lembaga keuangan lain), kurang berdampak terhadap peningkatan kuantitas dan kualitas dari sisi usaha nasabah. Kinerja nasabah baik dari sisi pendapatan maupun usaha, tentunya akan berkaitan erat dengan proses pengawasan, pembinaan dan pendampingan yang dilakukan oleh BMT terhadap setiap nasabah. Dengan demikian, penelitian ini ingin menggali dan mengeksplor Bagaimana bentuk dan sejauh mana pengelolaan pembiayaan pada aspek pengawasan, pembinaan dan pendampingan di BMT dijalankan dan diarahkan untuk mewujudkan pemberdayaan bagi usaha mikro, sehingga hasil dari penelitian ini salah satunya diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan sekaligus motivasi bagi BMT untuk terus dapat meningkatkan perannya dalam proses pemberdayaan usaha mikro. Penelitian ini dilakukan melalui studi terhadap 3 BMT yaitu BMT Al-Ikhlas, BMT Assalam dan BMT Bina Ihsanul Fikri (BIF) Yogyakarta,dan secara khusus terhadap pembiayaan musyarakah (pembiayaan produktif), dengan menggunakan metode kualitatif dan pengumpulan data melalui tehnik wawancara yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga BMT yang diteliti telah menjalankan 3 aspek tersebut; pengawasan, pembinaan dan pendampingan. Adapun pada aspek pengawasan, ketiga BMT yang diteliti (BMT Al-Ikhlas, Assalam dan Bina Ihsanul Fikri (BIF) Yogyakarta) menjalankannya dalam 3 model (bentuk), yaitu on desk monitoring, on site monitoring , dan exception monitoring. Sedangkan pada aspek pembinaan dan pendampingan, ketiga BMT yang diteliti menjalankanya dengan 2 model (bentuk), pertama, pembinaan dan pendampingan secara administratif , kedua, pembinaan dan pendampingan secara langsung. Meski dari semua fungsi pengawasan, pembinaan dan pendampingan telah diupayakan oleh ketiga BMT yang diteliti, namun beberapa hal masih perlu dioptimalkan pelaksanaannya, yaitu dalam hal komunikasi dan sharing antara BMT dengan nasabah yang lebih efektif, pelaksanaan dokumentasi dan follow up terhadap laporan kunjungan nasabah, dan teknis pelaksanaan pengajian rutin yang ideal, sehingga pembiayaan yang disalurkan (untuk usaha produktif) oleh BMT, bersama paket pengawasan, pembinaan dan pendampingan yang ada didalamnya, benar-benar dapat memberikan kontribusi terhadap proses pemberdayaan bagi usaha mikro