Arena Produksi Kultural Komunitas Ganoko Di Universitas Brawijaya

Cosplay adalah salah satu bentuk budaya populer Jepang. Cosplay adalah tindakan menggambarkan karakter fiksi dalam tokoh-tokoh fiktif pada anime, manga, dan video game Jepang menjadi nyata, dengan menggunakan kostum karakter tersebut, baik secara penampilan, maupun kepribadian. Di Malang, ada salah satu komunitas cosplay yang bernama Ganoko (Gakusei No Kosupurei). Ganoko adalah salah satu kurabu (club) Sastra Jepang yang ada di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya. Komunitas Ganoko atau Gakusei no Cosplay ini dibuat untuk menampung mahasiswa yang memiliki ketertarikan atau memiliki hobi ber-cosplay. hal tersebutlah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai komunitas ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif, Sumber data primer berupa hasil wawancara dari para anggota komunitas Ganoko. Dalam menganalisis data yang ada, peneliti menggunakan teori Arena produksi kultural oleh Pierre Bourdieu. Arena cosplay di Malang adalah komunitas cosplay yang menjadi pesaing komunitas Ganoko. Komunitas tersebut adalah Cosuki (Cosplay Daisuki) dan Cosmo (Cosplay Malang Omoshiroi). Tujuan terbentuknya komunitas ini memiliki persamaan yaitu sama-sama menjadi wadah bagi para cosplayer yang ingin mengembangkan minat dan bakatnya di bidang cosplay sama seperti halnya komunitas Ganoko. Namun posisi komunitas Ganoko terdominasi oleh komunitas cosplay lain yaitu Cosuki dan Cosmo yang lebih besar dan lebih dahulu berdiri dari komunitas Ganoko.Walaupun memiliki keseluruhan jenis modal yang diperlukan untuk berkompetisi dalam suatu arena, posisi komunitas Ganoko terdominasi oleh komunitas lain. Agar dapat terus bersaing dan bertahan pada posisinya dalam arena, komunitas Ganoko kemudian memanfaatkan modal-modal yang mereka miliki dengan menggunakan dua jenis strategi, strategi reproduksi dan strategi rekonversi atau penukaran kembali, sebagai sarana untuk mendistribusikan modal-modal tersebut agar dapat memicu adanya produksi kultural sehingga mereka dapat terus melakukan kegiatan cosplay yang merupakan praktik komunitasnya