DINAMIKA TERBENTUKNYA PEKERJA TERAMPIL INDUSTRI : (Studi Tentang Proses Pembelajaran di SMK Al-Ishlah, Suburban Cikarang)

SMK merupakan salah satu jenjang pendidikan yang bertujuan menciptakan lulusan yang siap kerja. Proses pembelajaran yang berorientasi praktik menjadi faktor pendukungnya. SMK Al-Ishlah yang menjadi tempat penelitian penulis juga melakukan hal yang demikian. Keberadaan SMK Al-Ishlah di Suburban Cikarang ditopang oleh adanya beragam kawasan indsutri di daerah ini, sehingga memudahkan siswa untuk melakukan praktik di dunia kerja nyata. Hal tersebut sesuai dengan fokus penelitian pada skripsi ini, yaitu tentang dinamika pembentukan tenaga kerja terampil di suburban Cikarang, dengan studi kasus di SMK Al-Ishlah. Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif ini dianalisis dengan kerangka konseptual yang merujuk pada konstruksi kurikulum SMK, proses pembelajaran, serta Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di SMK dan dunia kerja. Ketiga kerangka konseptual tersebut digunakan oleh penulis untuk menganalisis proses pembentukan tenaga kerja terampil di SMK Al-Ishlah. Informan kunci dalam skripsi ini terdiri dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, dan guru. Selain itu, siswa serta alumni SMK Al-Ishlah dijadikan sebagai informan. Data penelitian diperoleh dengan teknik wawancara, observasi, dan studi pustaka. Hal yang menarik dari temuan ini yaitu penulis menemukan bahwa SMK Al�Ishlah terdiri dari siswa kelas menengah ke bawah. Dilihat dari segi proses pembelajaran, SMK Al-Ishlah tergolong beruntung karena berada di suburban Cikarang. Selain siswa mudah untuk mencari tempat praktik, Cikarang juga menjanjikan lulusan SMK Al-Ishlah untuk mengisi pasar kerja dengan aspek keterampilan hard skill maupun soft skill di sana. Hal itu merupakan salah satu implikasi dari adanya PSG di SMK. PSG sendiri memang dirancang agar siswa dapat belajar di sekolah dan dunia kerja nyata. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian 95 persen siswa SMK Al-Ishlah langsung bekerja setelah lulus. Hanya 5 persen alumni yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Selain itu, terdapat juga alumni yang tidak bekerja ataupun melanjutkan ke perguruan tinggi dikarenakan mereka belum memperoleh ijazah. Hal tersebut terjadi karena mereka kesulitan biaya. Bagi para alumni yang langsung bekerja ataupun melanjutkan ke perguruan tinggi maka mereka mengalami mobilitas sosial vertikal. Penyebabnya adalah karena status ekonomi ataupun pendidikan menjadi salah satu kriteria stratifikasi sosial di masyaraka