Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dalam Membangun Citra Sekolah di SMA Negeri Perisai Kutacane

Skripsi bertujuan untuk mengkaji tentang Pertama, Kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam membangun citra sekolah di SMA Negeri Perisai Kutacane; Kedua, Bentuk prestasi atau kerja yang membangun citra sekolah di SMA Negeri Perisai Kutacane; Ketiga, Faktor pendukung dan penghambat kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam membangun citra sekolah di SMA Negeri Perisai Kutacane Jenis penelitian yang dilakukan yakni penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah: Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan dan Humas, Guru, dan Tata Usaha. Kemudian dalam Teknik pengambilan data ada tiga metode yang di gunakan yakni: Observasi. Wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini merujuk pada Miles & Huberman yakni tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi. Selanjutnya Teknik keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi: kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), dan kepastian (confirmability). Penelitian ini secara umum menemukan bahwa Kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam membangun citra sekolah di SMA Negeri Perisai Kutacane telah terlaksana dan terkategorisasi baik. Ada empat hal yang dilakukan kepala sekolah SMA Negeri Perisai Kutacane dalam proses membangun citra sekolah melalui kepemimpinan transformasional: Pertama, Melalui Pelayanan Sekolah yang Berstandar Baik; Kedua, Melalui prestasi-prestasi yang diperoleh dalam bidang akademik maupun non-akademik; Ketiga, Melalui renivasi gedung sekolah; Keempat, Melalui komunikasi antar sekolah. Ada dua bentuk prestasi atau kerja yang membangun citra sekolah di SMA Negeri Perisai Kutacane; Pertama, prestasi siswa di bidang pengetahuan umum dan agama; Kedua, program pesantren kilat Ramadhan. Faktor pendukung, Pertama Kesadaran yang tertanam di dalam jiwa; Kedua, Kemampuan kepala sekolah dalam mengonsep program; Ketiga, kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan program. Kemudian tiga hal yang menjadi faktor penghambat, yaitu Pertama, Adanya Kendala Terkait dengan Standarisasi Pelayanan yang Diberikan Pihak Sekolah Kepada Publik; Kedua, Adanya Kesalahpahaman Makna dari Masyarakat Terkait Marketing Sekolah; Ketiga, Adanya Komplain dari Orangtua dan Masyaraka