TRADISI PERNIKAHAN LUSAN PADA MASYARAKAT JAWA PERSPEKTIF FENOMENOLOGI (Studi Kasus Kelurahan Pulau Kijang Kecamatan Reteh Provinsi Riau)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kepercayaan masyarakat di kelurahan Pulau Kijang yang masih mempercayai dan menghargai warisan adat nenek moyang. Berawal dari sebuah fenomena yang dipercaya akan ada datangnya musibah jika melanggar tradisi pernikahan lusan. Penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif deskriptif, untuk menguak makna tradisi lusan. Tekhnik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Aktifitas menganalisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sehingga datanya jenuh, menganalisis data meliputi reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan. Kemudian untuk mencapai penelitian tersebut, peneliti menggunakan metode pendekatan fenomenologi, pendekatan ini merupakan metode dalam memahami pengalaman orang lain dalam perspektif netralitas. Dalam situasi ini, peneliti menggunakan preferensi orang bersangkutan untuk merekonstruksi dalam dan berdasarkan pengalaman orang tersebut. Dalam kondisi ini peneliti berupaya membangun dan menguak makna dari pengalaman orang lain. Data dikumpulkan dan ditunjukkan adanya keterlibatan peneliti dengan fenomena yang terjadi. Penelitian ini menemukan bahwasanya kepercayaan masyarakat Jawa terhadap tradisi pernikahan lusan, berawal dari kehidupan nenek moyang terdahulu yang menganut ilmu titen. Yang apabila tetap melanggar dan melaksanakan pernikahan lusan akan ada datangnya bala’ menimpa keluarga yang bersangkutan. Adapun jika tetap memaksakan untuk tetap melaksanakan pernikahan lusan ini maka ada prosesi ritual yang harus dilakukan sesuai dengan itungan aksara Jawa atau weton, untuk meminimalisir terjadinya musibah yang akan datang, di antaranya buang anak, slametan/bancaan beserta sesajen ulam sari, kemudian prosesi pernikahan tidak dilaksanakan di daerahnya. Ahirnya penulis merekomendasikan kepada tokoh masyarakat Jawa di Pulau Kijang Khususnya yang wawasannya lebih luas untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwasanya pelarangan pernikahan lusan ini adalah sebuah pemahaman yang memiliki makna filosofis yang positif