Tinjauan aspek pembelajaran sastra dalam buku teks terampil berbahasa Indonesia berdasarkan kurikulum 1994 bahasa dan sastra Indonesia di SMU

Penelitian ini dilatarbelakangi adanya anggapan bahwa pembelajaran sastra si SMU masih menunjukkan adanya kekurangansempurnaan serta kurang berimbangnya materi pelajaran bahasa Indonesia dengan materi pelajaran sastra yang terdapat pada kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia 1994. Berdasarkan hal tersebut di atas maka penelitian ini bertujuan mengetahui aspek-aspek pembelajaran sastra yang terdapat dalam Buku teks Terampil Berbahasa Indonesia di SMU dan kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia 1994. Adapun dasar penelitian ini adalah Buku Teks Terampil Berbahasa Indonesia di SMU, dan kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia 1994, serta hubungan dengan butir-butir pembelajaran, materi pembelajaran sastra, alokasi waktu pembelajaran sastra, metode pengajaran sastra dan unsur-unsur penunjang lain yang berkaitan dengan pembelajaran sastra di SMU. Kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia masih mengintegrasikan antara pelajaran sastra dengan pelajaran bahasa. Adapun perbandingan kedua pelajaran tersebut dapat dengan mendiskripsikan kedua pelajaran tersebut dengan melihat butir-butir pembelajaran yang terdapat di dalam kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia 1994. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian deskriptif kualitatif. Hal ini didasari pada karakteristik data dan perbandingan antara pelajaran bahasa dengan pelajaran sastra Indonesia yang terdapat dalam kurikulum 1994 serta didasarkan pada tujuan penelitian ini. Dengan cara tersebut maka penelitian ini menganalisis isi materi pelajaran sastra yang terdapat pada buku teks Terampil Berbahasa Indonesia untuk SMU serta isi butir-butir pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang terdapat dalam Kurikulum bahasa dan Sastra Indonesia 1994. Kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia 1994 menganjurkan penggunaan keterampilan Proses dalam kegiatan belajar mengajar. Pendekatan ini mengarahkan siswa untuk terlibat dalam proses pengamatan, analisis, penelitian, penyimpulan dan laporan hasil penelitian. Pendekatan ini menuntut para siswa untuk mampu memproses hasil belajarnya. Pendekatan ini sangat tepat untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar sastra, mengingat karya-karya sastrayang harus dikenal para siswa sangat beraneka ragam. Pendekatan keterampilan proses tersbut sangat beraneka ragam. Pendekatan keterampilan proses tersebut dalam kegiatan belajar mengajar sastra menuntut penyusunan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan hakekat pendekatan tersebut dan juga sesuai dengan karakteristik bahan pelajaran sastra. Disamping itu, buku teks merupakan sarana penunjang dalam kegiatan belajar mengajar. Buku teks merupakan fasilitas pengajaran yang mutlak harus ada dan diharapkan dapat dimliki oleh setiap siswa. Setiap siswa yang telah memiliki buku teks dapat mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar. Demikian juga penulisan buku teks harus sesuai dengan GBPP Bahasa dan Sastra Indonesia karena buku teks merupakan kepanjangan dari GBPP. Dari analisis kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia di SMU, menunjukkan bahwa pengajaran sastra Indonesia di SMU, menunjukkan bahwa pengajaran satra diintegrasikan dengan pengajaran bahasa. Pengintegrasian ini mempunyai manfaat dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia bagi para siswa. Pengintegrasian kedua pelajaran tersebut juga mempunyai kelemahan karena kedua bidang pengajaran tersebut mempunyai visi dan misi yang berbeda. Pengintegrasian kedua pengajaran tersebut berdampak pada berbagai aspek, antara lain: adanya ketidakseimbangan antara materi bahasa dengan materi sastra, alokasi waktu, penyusunan buku teks, pemilihan strategi pembelajaran, penyediaan sarana dan prasarana kegiatan belajar dan mengajar, penyiapan guru dalam memberikan materi pengajaran. Selain kelemahan-kelemahan tersebut, dalam GBPP Bahasa dan Sastra Indonesia 1994 terdapatrumusan tujuan pembelajaran yang eksplisit tertulis bahwa pengajaran sastra bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Hal ini menunjukkan bahwa pengajaran sastra di perbentukan untuk keperluan pengajaran nahasa. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengintegrasian pengajaran bahasa dan pengajaran sastra terdapat adanya ketidakseimbangan meteri kedua pengajaran tersebut. Dan materi pembelajaran sastra tidak selalu terdapat pada tiap tema pelajaran, sehingga materi pengajaran sastra tersaji secara terkotak-kotak, dan tidak berkesinambungan. Buku teks Terampil Berbahasa Indonesia untuk SMU lebih banyak menyajikan materi kebahasaan dari pada materi sastra. Hal ini berdampak pada pembagian alokasi waktu yang berbeda terhadap kedua pengajaran tersebut. Saran yang dapat diberikan dari kurikulum dan Sastra Indonesia 1994 untuk SMU adalah: bahan pembelajaran sastra yang terdapat pada buku teks hendaknya dapat disajikan secara berimbang antara materi sastra dengan materi bahasa. Dan tema pelajaran yang terdapat dalam buku teks hendaknya ada kesesuaian dengan GBPP Bahasa dan sastra Indonesia kurikulum 1994 untuk SMU