PEMIKIRAN G.H.A. JUYNBOLL TENTANG KEADILAN SAHABAT

Dalam diskursus kajian hadis, ada sebuah metode yang ditempuh untuk menilai kualitas seorang rawi yaitu jarh wa al-ta'dil. Karena diterima atau tidaknya sebuah hadis, salah satunya tergantung pada kualitas seorang rawi, terutama sahabat Nabi yang dianggap sebagai transmitter pertama dari Nabi. Sehingga penilaian terhadap seorang sahabat dirasa cukup karena keadilan mereka sudah terjamin baik dalam al-Qur’an maupun dalam hadis. Tetapi apakah semua sahabat memang sudah dijamin keadilannya. Hal ini pun menjadi perbincangan diantara para sarjana Barat, yang mana menurut sebagian dari mereka sangat sulit membuktikan secara historis penyandaran sebuah sanad sampai kepada Nabi. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti konsep keadilan sahabat dalam perspektif Gautier H.A. Juynboll, seorang pakar sejarah hadis masa awal, yang mempunyai ketertarikan dalam mengkaji hadis Nabi, yang mengembangkan teori common link Joseph Schacht. Ia pernah melakukan berbagai penelitian tentang hadis salah satunya di Mesir. Dalam penelitian di Mesir itu, salah satu kajiannya ia membahas tentang konsep keadilan sahabat dan keadilan Abu Hurairah, sehingga menurut penulis sangat menarik untuk dilakukan penelitian terhadap konsep keadilan sahabatnya, karena kajian ini memang masih sangat menarik untuk dikaji. Metode yang digunakan penulis dalam menganalisis data adalah dengan metode deskriptif-analisis, dengan pendekatan historis-biografik. Pendekatan historis dimaksudkan untuk meneliti biografi (sifat-sifat, watak, pengaruh lingkungan maupun pengaruh pemikiran dan ide dari subjek penelitian masa hidupnya). Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan metode tersebut, didapatkan bahwa konsep keadilan sahabat yakni ������ ��������� ������ yang selama ini dipegang oleh mayoritas umat Islam itu telah mengakar dibenak setiap Muslim, sehingga sebagian umat Islam enggan untuk melakukan kajian ulang terhadap keadilan seorang sahabat. Kemudian ia melakukan evaluasi terhadap pendapat tradisional. Ada beberapa catatan yang ditekankan Juynboll dalam hal ini. Pertama, konsep ini sudah mengakar dalam setiap benak Muslim, bahkan menyentuh dimensi keimanan, dimana orang yang mengkritik keadilan sahabat akan menerima respon negatif dan dianggap telah menyalahi salah satu hal prinsip dalam iman. Kedua, secara metodologis, konsep ini memberikan pengaruh yang sangat besar dalam kajian hadis tradisional, terutama dalam diskursus ahwal al-ruwah atau yang biasa dikenal ������� ����������� �������. Ketiga, ada dua ayat yang seringkali dikemukakan untuk mendukung istilah ini, yaitu “Kuntum khair ummatin …” dan “������������ ���������� �������� ��������.” Menurut Juynboll, konsep ini belum ada pada masa awal Islam melainkan konsep ini merupakan kreasi dari ulama pada akhir abad ketiga. Tidak hanya itu, konsep ini juga dianggap sebagai indoktrinasi. Sehingga dari penelitiannya ini berimplikasi terhadap keadilan sahabat Nabi yang paling banyak dalam meriwayatkan hadis yaitu Abu Hurairah. Juynboll mencoba meneliti keadilan sahabat Abu Hurairah dengan mengutip pendapat ulama kontemporer seperti Mahmud Abu Rayyah. Sumbangan keilmuan yang didapatkan dari penelitian ini yakni, menunjukkan bahwa konsep ������ ��������� ������ ini memang perlu dikaji kembali, karena sangat disayangkan dengan metode yang selama ini sering digunakan umat Islam untuk menilai kualitas seorang rawi, tetapi ketika sampai pada seorang sahabat penilaian itu pun cukup dengan kata ‘adil, ������, dan sebagainya. Sehingga dengan penelitian ini, diharapkan untuk tidak hanya menerima begitu saja sesuatu yang sudah ada tanpa adanya penelitian ulang