Analisis akad salam dalam jual beli pipa rookok iga duyung menurut perspektif hukum Islam dan hukum positif

Pasar Dargo Indah adalah salah satu pasar yang terkenal di Semarang Timur atau bisa disebut dengan pusatnya cincin batu akik. Yang memperjual belikan berbagai macam aksesoris seperti cincin batu akik, cincin batu permata, pipa rokok dan lain sebagainya. Pipa Rokok Iga Duyung salah satu alat yang dijual di Pasar Dargo Indah Semarang merupakan sebuah alat pipa rokok yang dimana bahannya terbuat dari Ikan Duyung atau Dugong. Bagian organ yang di buat sebagai pipa rokok antara lain adalah tulang rusuk, tulang iga dan taring dari ikan duyung atau dugong itu sendiri. Dugong sendiri merupakan salah satu dari 35 jenis mamalia laut di Perairan Indonesia yang biasa ditemui di habitat padang lamun. Mamalia laut yang semakin langka ini dilindungi dari kepunahan. Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengkaji akad salam dalam jual beli pipa rokok iga duyung menurut perspektif hukum Islam dan hukum positif. Rumusan masalah yang peneliti angkat diantaranya, 1) bagaimana akad salam dalam jual beli pipa rokok iga duyung menurut perspektif hukum Islam. 2) bagaimana akad salam dalam jual beli pipa rokok iga duyung menurut perspektif hukum positi. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian normatif empiris. Penelitian ini menggunakan yuridis empiris. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara, obsevasi dan dokumentasi agar mampu mendapatkan informasi yang tepat antara teori dan praktik yang terjadi di lapangan.adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis deskriptif kualitatif, data yang diperolah dari suatu penelitian yang telah dilakukan di Pasar Dargo Semarang yang mana brtujuan untuk mengangkat fakta, keadaan dan fenomena yang terjadi di lapangan. Penelitian ini menyimpulkan, Pertama, praktik akad salam dalam jual beli pipa rokok iga duyung ini ditinjau dari hukum islam ialah fasid dikarenakan tidak terpenuhinya syarat akad salam dalam hal tidak diketahuinya spesifikasi barang secara jelas yang dapat menimbulkan ketidakjelasan (gharar) serta barang yang diperjualbelikan termasuk barang yang dilarang. Kedua, ditinjau dari hukum positif penjual melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, karena memperjual belikan barang-barang anggota tubuh hewan yang dilindungi tidak diperbolehkan atau dilarang, karena akan menimbulkan faktor kepunahan yang dialami satwa tersebut