Makna Shifa dalam al Quran: studi komparatif antara tafsir Mafatih al-Ghaib dan tafsir Ilmi Kementerian Agama RI

Dalam Alquran terdapat ayat-ayat shifa’ khususnya surat al-Isra’ ayat 82 yang telah menjadi perwujudan bagaimana Alquran dapat menyembuhkan seseorang. Ulama sebagai rujukan utama umat Islam memiliki tafsirannya sendiri mengenai hal tersebut, contohnya seperti Fakhru al-Din al-Razi dan Kementerian Agama RI. Penelitian ini memiliki rumusan masalah 1) Bagaimana penafsiran al-Razi mengenai ayat-ayat shifa’, 2) Bagaimana penafsiran Kemenag mengenai ayat-ayat shifa’, 3) Bagaimana persamaan dan perbedaan antara keduanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penafsiran al-Razi dan Kemenag mengenai perwujudan shifa’ sebagai obat bagi manusia. Persamaan dan perbedaan yang dimiliki oleh keduanya dapat menjadi referensi sekaligus membuat keleluasaan dalam memilih untuk mengetahui, memahami, dan meyakini shifa’ yang dikandung dalam Alquran. Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian yang bersifat kepustakaan ini (library research) menggunakan metode deskriptif dan metode komparatif, yakni berusaha untuk menjelaskan dan menggambarkan penafsiran- penafsiran ulama tafsir apa adanya mengenai ayat-ayat shifa’ dalam Alquran, lalu membandingkan antar-unsur yang ada dalam keduanya. Kesimpulan yang didapatkan dalam penelitian ini adalah shifa’ yang dikandung oleh Alquran keseluruhannya dapat menjadi penawar bagi orang beriman, baik isinya sebagai petunjuk maupun ayatnya yang digunakan secara langsung. Alquran dapat dijadikan sebagai obat menurut al-Razi ialah jika dibaca dengan mengharap keberkahan yang ada di dalamnya (tabarruk). Sedangkan menurut Kemenag, Alquran dapat menjadi shifa’ dengan dibacakan atau rukiah yang akan menjadi terapi atau penyembuhan bagi seseorang yang menderita penyakit tertentu