Keharmonisan Pernikahan pada Pasangan yang Mengalami Infertilitas

The World Health Organizations (WHO) memperkirakan bahwa sekitar 8-10% pasangan pernikahan mengalami masalah kesuburan atau yang sering disebut dengan infertilitas. Dimana mereka tidak memperoleh keturunan setelah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi apapun selama satu tahun, Djuwantono (2008). Salah satu hal yang mendukung terbentuknya keluarga harmonis adalah dengan hadirnya anak di dalam pernikahan. Oleh sebab itu, pasangan yang memiliki kendala dalam melakukan reproduksi secara normal pada umumnya cenderung tidak harmonis karena kondisi tersebut akan menimbulkan berbagai macam masalah diantara mereka. Gunarsa (2000) mengemukakan bahwa keharmonisan biasanya terdapat dalam kelompok keluarga yang dimana setiap anggota keluarganya menjalankan hak dan kewajiban masing-masing. Terjalin kasih sayang, saling pengertian dan memahami, komunikasi, komitmen, adanya waktu yang berkualitas, serta kuantitas konflik yang minim antar anggota keluarga. Penelitian ini dilakukan terhadap dua pasang suami isteri yang mengalami infertil primer beserta informan masing-masing dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode wawancara dan observasi sebagai alat bantunya. Sedangkan Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purpossive or theoretical sampling. Maka berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap dua pasangan infertil primer ini menunjukkan bahwa timbulnya masalah berupa adopsi dan gunjingan dari lingkungan sosial dikarenakan kondisi tersebut, namun tetap harmonis dikarenakan adanya rasa saling menyayangi, saling memahami dan tentunya menerima pasangan apa adanya serta saling menjaga komitmen pernikahan