Perbedaan Interaksi Sosial antara Remaja Tunarungu, Remaja Tunadaksa, dan Remaja Tunanetra

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan interaksi sosial antara remaja tunarungu, remaja tunadaksa, dan remaja tunanetra, sehingga penelitian ini akan memperoleh perbedaan dari ketiga sampel tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Untuk mendapatkan data mengenai interaksi sosial, peneliti menggunakan penelitian ilmiah dengan beberapa subjek penelitian di Yayasan Pembinaan Anak Cacat Medan, Sekolah Luar Biasa Taman Pendidikan Islam, dan Yayasan Pendidikan Tunanetra. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 45 orang, yang terdiri dari 15 orang remaja tunarungu, 15 orang remaja tunadaksa, dan 15 orang remaja tunanetra. Teknik pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala Semantic Defferensial. Dimana skala Semantic Differensial dibuat dengan menggunakan angket penelitian, angket penelitian untuk remaja tunarungu dan remaja tunadaksa dibuat dengan tulisan atau huruf biasa, namun angket interaksi sosial untuk remaja tunanetra dibuat dengan menggunakan huruf Braille, dimana huruf Braille merupakan huruf dengan titik-titik timbul yang digunakan penyandang tunanetra untuk memahami suatu tulisan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan interaksi sosial antara remaja tunarungu, remaja tunadaksa, dan remaja tunanetra, dengan nilai Analisis Varians 1 Jalur F = 24.013 dengan p = 0.000 < 0.050. Dengan interaksi sosial remaja tunadaksa berada pada kriteria sangat tinggi dengan mean empirik 175.733, interaksi sosial remaja tunarungu pada kriteria tinggi dengan mean empirik 150.133, dan interaksi sosial remaja tunanetra pada kriteria sedang dengan mean empirik 132.66