Respon BHR, Lembaga Falakiyah dan ormas Islam tentang kriteria MABIMS lama terhadap penentuan awal bulan Hijriah di Semarang

MABIMS merupakan singkatan dari Menteri-Menteri agama Brunai Darussalam, Indonesia, Singapura, Malaysia yang terbentuk sejak tahun 1991 melalui pertemuan tidak resmi. Kriteria MABIMS yang dijadikan sebagai patokan ialah kriteria lama dengan ketinggian hilal minimal 2 derajat, Elongasi 3 derajat dan Umur bulan 8 jam. Masalah yang muncul saat ini adalah keakuratan dari kriteria MABIMS tersebut, ada yang menerima dan ada pula yang tidak menerima dengan kriteria tersebut. Dari kontrovesi inilah penulis tertarik untuk meneliti tentang respon dari BHR, Ormas Islam, dan Lembaga Falakiyah yang ada di Kota Semarang. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merumuskan 2 (dua) rumusan masalah. 1) Bagaimana kriteria visibilitas hilal menurut MABIMS dalam penetapan awal Bulan Kamariah ditinjau dari aspek fiqih dan astronomi. 2) Bagaimana Badan Hisab Rukyat (BHR), Lembaga Falakiyah dan Organisasi masyarakat di Semarang merespons kriteria MABIMS tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan fokus kajian lapangan (field research), penulis melakukan penelitian mengulas pandangan Badan Hisab Rukyat (BHR), Lembaga Falakiyah dan Organisasi masyarakat. Data primer adalah hasil wawancara, konsep pemikiran, dan informasi langsung dari pengurus, BHR, anggota Lembaga Falakiyah dan ormas islam di Semarang yang menggunakan kriteria imkanur rukyat. Data sekunder diperoleh dan yang berkaitan dengan kajian ilmu falak secara umum atau literatur lain yang dapat memberikan informasi berupa seluruh buku-buku, tulisan, artikel, jurnal, atau dokumen lainnya. Baik berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan kriteria imkanur rukyat dan bahan kajian lainnya yang dapat mendukung judul skripsi dan penelitian ini. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis menggunakan pendekatan Astronomi untuk mengetahui dan mengkaji akurasi dari Kriteria MABIMS tersebut dan pendekatan Fiqh digunakan untuk mengetahui sumber hukum yang dipakai oleh para narasumber. Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya perlu perubahan kriteria hilal seiring perkembangan khazanah keilmuan di bidang ilmu falak dan astronomi dan teknologi. Berdasarkan analisis data yang sudah dipaparkan kriteria 2-3-8 perlu diubah karena dengan kriteria tersebut sangat sulit terlihat, dan juga banyak faktor yang mempengaruhi keterlihatan tersebut; a) dipengaruhi oleh populasi udara yang kotor. b) cahaya Syafaq yang begitu cerah yang mengakibatkan sulit terlihatnya hilal. c) ketinggian Markaz yang kurang memenuhi kriteria ketinggian.dengan kriteria baru, maka diusulkan kriteria baru MABIMS tinggi bulan 3 derjat dan elongasi bulan 8 derajat. Pengkajian kembali tersebut dengan menggunakan dasar dalam ilmu fikih yang menjelaskan bahwa persoalan yang bersifat kemasyarakatan perlu dan dibenarkan campur tangan Pemerintah ( Ulil Amri )