Analisis hukum Islam terhadap pengembalian kontribusi atas pembatalan Polis peserta asuransi di Asuransi Syariah

Banyaknya peserta asuransi syariah yang merasa tidak puas dan dirugikan akibat jumlah pengembalian kontribusi yang mereka terima saat melakukan pembatalan polis tidak sesuai dengan jumlah kontribusi yang sudah dibayarkan pada masa perjanjian asuransi berlangsung. Oleh karena itu, penulis menyusun penelitian ini dengan tujuan untuk menjawab permasalahan, bagaimana pengembalian kontribusi atas pembatalan polis peserta asuransi di asuransi syariah dan bagaimana analisis hukum Islam terhadap pengembalian kontribusi atas pembatalan polis peserta asruansi di asuransi syariah. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan teknik pengumpulan data dokumentasi melalui beberapa literatur terkait seperti brosur asuransi syariah, buku, penelitian terdahulu, dan website perusahaan. Data tersebut kemudian dianalisis dengan teknik analisis deskriptif berdasarkan pola pikir induktif, yang mana data akan dipaparkan berdasarkan konsep pengembalian kontribusi dalam asuransi syariah, kemudian akan dihubungkan dan ditarik kesimpulan berdasarkan hukum Islam hibah, mudārabah mushārakah, dan fatwa DSN-MUI. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, kontribusi yang dibayarkan oleh peserta asuransi akan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu rekening tabungan (saving), rekening tabarru’ (non-saving), dan ujrah. Kontribusi yang berada dalam rekening tabarru’seluruh peserta asuransi akan dikumpulkan dalam kelompok dana tabarru’ dan akan digunakan sebagai hibah. Rekening tabungan dan dana tabarru’ akan dikelola oleh perusahaan asuransi dalam bentuk investasi pada sektor pasar modal syariah dengan akad mudārabah mushārakah. Ketika terjadi pembatalan polis oleh peserta asuransi syariah, kontribusi yang telah dibayarkan akan dikembalikan lagi kepada peserta. Namun, pengembalian kontribusi hanya akan dilakukan atas rekening tabungan saja. Jumlah rekening tabungan yang dikembalikan telah ditambah atau dikurangi dengan porsi bagi hasil atas investasi yang dilakukan. Sedangkan, rekening tabarru’ tidak akan dikembalikan kepada peserta asuransi karena sudah diniatkan sebagai hibah dan kepemilikannya sudah berpindah. Namun, rekening tabarru’ dapat dikembalikan apabila terjadi surplus underwriting atas pengelolaan dana tabarru’. Pengembalian kontribusi tersebut sudah sesuai dengan hadist Rasulullah Saw, Fatwa DSN-MUI No. 51/DSN-MUI/III/2006, Fatwa DSN-MUI No. 105/DSN-MUI/X/2016, dan Fatwa DSN-MUI No. 81/DSN-MUI/III/2011. Pada akhir penulisan skripsi, penulis menyarankan kepada perusahaan asuransi untuk memberikan penjelasan yang jelas dan tepat terkait pengelolaan dan pengembalian kontribusi kepada calon peserta asuransi syariah. Selain itu, penulis juga menyarankan kepada peserta asuransi syariah untuk memahami dan mempelajari polis dengan cermat pada saat masa mempelajari polis. Sehingga, apabila terdapat poin yang kurang jelas dapat ditanyakan kembali kepada petugas atau peserta dapat membatalkan polis apabila ada ketentuan yang memberatkan. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir kerugian dan kekecewaan yang dialami peserta asuransi syariah apabila pengembalian kontribusi yang diterima tidak sesuai dengan yang diharapkan